Sabtu, 01 Desember 2012

TAUBAT NASUHA

Kamis, 28 Oktober 2010PENGERTIAN dan CARA TAUBAT NASHUHA Taubat nashuha adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta'ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dari dosa yang pernah ia lakukan karena sengaja atau lupa dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dan berhukum dengan ketaatan yang akan mengantarkan hamba tersebut kepada kedudukan para wali Allah yang bertakwa serta menjauhkan antara ia dengan jalan-jalan syaitan. WAJIBNYA TAUBAT NASHUHA Ketahuilah wahai hamba yang bertaubat -semoga Allah memberikan taufiq kepadamu untuk melakukan taubat yang akan menghapus dosa sebelumnya dan semoga Allah membekalimu dengan takwa- bahwa taubat nashuha adalah fardhu 'ain atas setiap muslim. Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman: "Artinya : …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31] Dzat Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang juga berfirman "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya … ." [At-Tahriim : 8] Allah Yang Maha Penyayang telah berfirman melalui lisan Nabi Syu’aib : "Artinya : Dan mohon ampunlah kepada Rabb-mu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." [Huud: 90] Ayat-ayat yang mulia lagi tegas ini, sesuai dengan hadits-hadits yang mulia dan shahih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: íóÇÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÊõæúÈõæúÇ Åöáóì Çááåö¡ ÝóÅöäöøí ÃóÊõæúÈõ Åöáóì Çááåö Ýöí Çúáíóæúãö ãöÇÆóÉó ãóÑøóÉò. “Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”[1] Karena itulah umat Islam -semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada umat ini- telah sepakat akan wajibnya melakukan taubat. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam kitab al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’aan (V/90), “Umat telah sepakat bahwa taubat adalah kewajiban (fardhu) atas orang-orang mukmin.” Dalam kitab Mukhtashar Minhaajul Qaashidiin, hal. 322, Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, “Umat telah ijma' (sepakat) akan wajibnya taubat.” Maka bersegeralah kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya kalian akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang bertaubat, niscaya Rabb kalian akan membangkitkan kalian pada kedudukan yang mulia lagi terhormat. SETIAP ANAK ADAM PASTI BERSALAH Di antara hal yang memperkuat akan wajibnya taubat nashuha agar dilakukan secara kontinyu dan secepat mungkin adalah bahwa manusia manapun tidak akan pernah lepas dan tidak akan selamat dari kekurangan, namun setiap makhluk bertingkat-tingkat dalam kekurangan tersebut sesuai dengan takdirnya masing-masing, bahkan pada asalnya mereka pasti memiliki kekurangan. Dan hal itu ditutupi dengan taubat nashuha. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ßõáøõ ÇÈúäö ÂÏóãó ÎóØøóÇÁñ æóÎóíúÑõ ÇáúÎóØøóÇÆöíúäó ÇáÊøóæøóÇÈõæúäó. “Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”[2] Rasulullah Shallallahuy ‘alaihi wa sallam bersabda: áóæú Ãóäøó ÇúáÚöÈóÇÏó áóãú íõÐúäöÈõæúÇ¡ áóÎóáóÞó Çááåõ ÎóáúÞðÇ íõÐúäöÈõæäó¡ Ëõãøó íóÛúÝöÑõ áóåõãú¡ æóåõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ. “Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[3] Maka marilah wahai para hamba Allah kita bersegera melakukan taubat nashuha yang akan mensucikan ruh dari segala kotoran-kotorannya dan membersihkan hati dari raan (karat)nya. Karena dosa-dosa adalah karat yang melekat pada hati dan penghalang dari segala hal yang dicintai dan berpaling dari hal-hal yang akan menjauhkan hati dari sesuatu yang dicintai secara syara’ adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Åöäøó ÇáúãõÄúãöäó ÅöÐóÇ ÃóÐúäóÈó ßóÇäóÊú äõßúÊóÉñ ÓóæúÏóÇÁõ Ýöí ÞóáúÈöåö¡ ÝóÅöäú ÊóÇÈó æóäóÒóÚó æóÇÓúÊóÛúÝóÑó ÕõÞöáó ÞóáúÈõåõ ãöäúåóÇ¡ æóÅöäú ÒóÇÏó ÒóÇÏóÊú ÍóÊøóì ÊóÚúáõæó ÞóáúÈóåõ ÝóÐóáößõãõ ÇáÑøóÇäõ ÇáøóÐöí ÐóßóÑó Çááåõ ÚóÒøó æóÌóáøó Ýöí ßöÊóÇÈöåö: “Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka akan terjadi bintik hitam di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dan melepaskan dosa tersebut serta beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan. Namun, jika ia menambah dosanya, maka bintik hitam tersebut pun akan bertambah hingga menutupi hatinya. Maka itulah yang dimaksud dengan raan (karat) yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ [Al-Muthaffifin: 14].”[4] ANJURAN UNTUK MELAKUKAN TAUBAT NASHUHA Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganjurkan untuk melakukan taubat dan beristighfar, karena hal itu lebih baik daripada gemar melakukan dosa yang terus-menerus dilakukannya. Allah Jalla Tsana-uhu berfirman: "Artinya : …Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan di akhirat dan mereka sekali-kali tidak mempunyai seorang pelindung dan penolong pun di muka bumi." [At-Taubah: 74] Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang juga berfirman: "Artinya : Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [Al-Maa’idah: 74] Karena itulah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperbanyak taubat dan istighfar (memohon ampunan) sehingga para Sahabat beliau menghitung ucapan beliau dalam suatu majelis: ÑóÈöø ÇÛúÝöÑúáöí æóÊõÈú Úóáóíøó Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáÊøóæøóÇÈõ ÇáúÛóÝõæúÑõ. “Wahai Rabb-ku ampunilah aku, terimalah taubat-ku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Pengampun.” Sebanyak seratus kali.[5] Demikian pula para Nabi dan Rasul-Rasul Allah, mereka senantiasa menganjurkan kaum-kaum mereka untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman melalui lisan Nabi Shalih : "Artinya : Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, 'Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada bagimu ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)." [Huud: 61] Semoga Allah merahmati al-Qurthubi rahimahullah yang dalam kitab Tafsiirnya (V/92) telah menganggap baik perkataan Muhammad al-Waraq yang mengatakan: ÞóÜÏöøãú áöäóÝúÓößó ÊóæúÈóÜÉð ãóÑúÌõÜæøóÉð ÞóÈÜúáó ÇáúãóãóÇÊö æóÞóÈúÜáó ÍóÈúÓö ÇúáÃóáúÓöäö ÈóÜÇÏöÑú ÈöåóÇ ÛóáúÜÞó ÇáäøõÝõæúÓö ÝóÅöäøóåóÇ ÐõÎúÜÑñ æóÛóäóÜãñ áöáúãõäöíúÈö ÇúáãõÍúÜÓöäö Berikanlah taubat yang diharapkan untuk jiwamu, sebelum kematian dan sebelum lisan-lisan dibelenggu. Bersegeralah menutup jiwa dengan taubat karena sesungguhnya, taubat adalah simpanan dan harta berharga bagi orang yang ingin kembali lagi berbuat kebaikan. [Disalin dari kitab at-Taubah an-Nashuuh fii Dhau-il Qur'aan al-Kariim wal Ahaadiits ash-Shahiihah yang ditulis oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullaah. Edisi Indonesia Luasnya Ampunan Allah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir] BAGAIMANA TAUBAT SESUAI TUNTUNAN ROSULULLAH SAW Taubat yang murni ialah taubat yang terhimpun padanya lima syarat. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan meniatkan taubat itu karena mengharapkan wajah Allah dan pahalanya serta selamat dari adzabnya. Kedua : Menyesal atas perbuatan maksiat itu, dengan bersedih karena melakukannya dan berangan-angan bahwa dia tidak pernah melakukannya. Ketiga : Meninggalkan kemasiatan dengan segera. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia meninggalkannya, jika itu berupa perbuatan haram dan ia segera mengerjakannya, jika kemaksiatan tersebut adalah meninggalkan kewajiban. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak makhluk, maka segera ia membebaskan diri darinya, baik dengan mengembalikannya kepada yang berhak maupun meminta maaf kepadanya. Keempat : Bertekad untuk tidak kembali kepada kemasiatan tersebut di masa yang akan datang. Kelima : Taubat tersebut dilakukan sebelum habis masa penerimaannya, baik ketika ajal datang maupun ketika matahari terbit dari tempat tenggelamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan. ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” [An-Nisa : 18] AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN TAUBAT Oleh Abu Usamah Salim bin ‘Ied al-Hilali http://www.almanhaj.or.id/content/2169/slash/0 Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman. "Artinya : …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31] Dzat Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang berfirman. "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman yang bersamanya, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” [At-Tahrim : 8] Diposkan oleh PAI SMANDA di 15:35 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Rabu, 27 Oktober 2010Menuju Ampunan Allah YA ALLAH JADIKAN HAMBA ORANG YANG SENANTIASA MAMPU BERTAUBAT...JADIKAN HAMBA GOLONGAN ORANG-ORANG YANG SUCI...YA ALLAH JADIKAN HAMBA GOLONGAN ORANG-ORANG YANG SHALEH...AMIIN Masuk usia baligh, setiap manusia mulai mengalami fase taklif, memikul beban tugas dari Allah SWT, mengabdi dan beribadah kepadaNya. Setiap kata dan perbuatan mulai dicatat oleh para malaikat, baik maupun buruk. Tak ada satu pun yang luput dari pengawasan Allah dan para malaikatNya. Dan pada saat itu ada jiwa-jiwa yang berseri-seri karena mendapatkan ampunan Allah dan ditempatkan dalam kehidupan yang memuaskan di surga Allah. Dan ada pula jiwa-jiwa yang merana, bermuka muram nan hitam karena tahu tempatnya adalah neraka, tempat paling buruk yang diciptakan Allah SWT. Menuju Ampunan Allah Semua fasilitas hidup di muka bumi ini, Allah ciptakan untuk manusia. Tetapi acap kali manusia mengingkari karunia Allah SWT, tidak bersyukur dan bahkan yang ada adalah penentangan dan kekufuran kepada Allah SWT, tidak mau patuh pada aturanNya, tidak mau taat pada utusan Allah, dan sebagainya. Kita berlindung kepada Allah semoga tidak menjadi hamba yang ingkar. Tentu ada kesalah dan juga dosa yang pernah kita perbuat, karena memang kita tidak terpeliara dari dosa dan maksiat. Namun kita juga tidak patut berpandangan bahwa hal yang wajar kalau kita terus menerus berbuat dosa, sementara Allah SWT menyeru kita untuk bertaubat dan memperbaiki kesalahan kita. Dia membuka pintu maaf bagi siapa saja yang kembali kepada jalanNya yang lurus. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits shahih, bahwa Allah SWT membuka pintu ampunanNya di siang hari untuk mengampuni mereka yang berdosa di malam hari, Dia juga membuka pintu ampunanNya di malam hari bagi mereka yang berdosa di siang hari. Dan itu berlangsung sampai matahari terbit dari barat. (HR. Muslim) Allah SWT berfirman dalam Al Quran, “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran : 133) Bertaubat kepada Allah Para ulama menjelaskan bahwa taubat hukumnya wajib dari semua dosa yang pernah dilakukan, baik dosa kecil maupun dosa besar. Jika dosa itu terkati dengan Allah SWT, ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu: 1. Meninggalkan perbuatan dosa yang diperbuat. 2. Menyesal telah melakukan dosa. 3. Berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Dan jika dosa yang diperbuat terkait dengan manusia, ada satu hal lagi yang harus dilakukan, yakni meminta maaf secara langsung kepadanya. Sebesar apapun dosa yang dilakukan jika kita sadar dan memohon ampunan Allah serta jujur kepadaNya maka Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Allah SWT berfirman, “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31) Memperbanyak Istighfar Memperbanyak kalimat “Astaghfirulllah” yang berarti permohonan ampunn kepada Allah dan merupakan ungkapan yang penuh dengan kesadaran yang bersumber dari hati yang tulus. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepadaNya.” (QS. Hud : 3) Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu memohon ampunan dari Allah, seperti yang diungkapkan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Demi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari) Dalam hadits lain, Aghar ibn Yasar al Muzani meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampunanNya. Sungguh, aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim) Memperbanyak Kebaikan Pilihan amal kebaikan begitu banyak dan beragam, setiap kita pasti bisa melakukannya. Amalan baik seperti yang diinformasikan Rasulullah saw dapat menghapus amalan buruk. Sabda Rasullah saw, “Dan ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baikmu, niscaya perbuatan baik itu menghapus perbuatan buruk.” (HR. Tirmidzi) Puncak perbuatan baik adalah berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Pintu kebaikan lainnya adalah menunaikan amalan wajib dengan istiqomah seperti shalat berjama’ah di masjid, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan Haji ke Baitullah. Kemudian diikuti dengan amalan sunnah, seperti shadaqah, puasa sunnah, menuntut ilmu, membantu orang lain dalam kebaikan, membaca Al Quran dengan mentadabburi maknanya, serta ibadah sunnah lainnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah berakhlaq baik dalam pergaulan, dengan istri dan anak-anak, berbakti kepada kedua orang tua, menghormati tetangga, memulaikan tamu, senyum ketika bertemu dengan saudara. Semua ini termasuk penghapus keburukan yang pernah kita lakukan. Jujur dan Menjauhi Dusta Kisah diterima taubatnya tiga orang sahabat Rasulullah saw yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk tanpa ada alasan yang dapat diterima adalah karena kejujuran dan menjauhi kedustaan. Ketika Rasulullah saw kembali dari peperangan, semua orang munafik berdusta mencari alasan agar dimaafkan oleh Rasulullah saw. Sedangkan ketiga orang sahabat beliau berkata jujur dan tidak berdusta sehingga kemudian Allah SWT menerima taubat ketiganya. “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taubah : 118) Dalam taubat dibutuhkan sikap jujur yang timbul dari hati lalu kemudian bersegera menuju Allah dan meninggalkan masa lalu yang kelam. Taubat Nasuha Bertaubat adalah memulai hidup baru dan meninggakan masa lalu yang kotor, penuh dengan dosa, jangan membiarkan ikatan dengan dosa, dan jangan kembali mendekatinya. Menatap masa depan yang bersih dari perbuatan maksiat dan mengendalikan hawa nafsu agar selaras dengan apa yang dikehendaki Allah SWT dan RasulNya. Allah SWT berfirman, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran : 135) “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,…” (QS. At Tahrim : 8 ) Supaya tercapai taubat nasuha, maka di antara sarananya adalah menambah ilmu yang dapat mengokohkan iman, melembutkan hati dan menajamkan akal. Semua itu dapat diraih dengan lebih aktif mempelajari Al Quran sebagi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dan mempelajari hadits Rasulullah saw sebagai bentuk aplikatif dari ajaran Islam. Penutup Kembali kepada Allah melalui taubat adalah kembali kepada Dzat yang Maha Suci, Dzat yang mencintai kesucian dan keindahan. Sebagai balasan atas kembali kepada kesucian ini telah disediakan di akhirat kelak tempat yang memuaskan, yaitu surga Allah yang penuh dengan kenikmatan, yang luasnya seluas langit dan bumi. Rasulullah saw mengajarkan do’a memohon ampunan Allah SWT dalam hadits beliau, “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Referensi: Taubat Nasuha, Al Manar Edisi 73 Tahun VII, 2010 Diposkan oleh PAI SMANDA di 22:19 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Selasa, 26 Oktober 2010TAUBAT NASUHA ALLAH swt sentiasa memerintahkan kita supaya bertaubat, sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar.” (At-Tahrim: 8.) Allah telah membuka pintu harapan kepada hamba-hambaNya: “Katakanlah; wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53) Syarat-syarat taubat : 1. Ikhlas ingin bertaubat 2. Tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi 3. Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan 4. Harus mempunyai tekad di dalam hati tidak akan melakukan dosa itu untuk selama-lamanya 5. Dikerjakan sebelum ajal tiba Jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka taubat yang dilakukan itu tidaklah sah. Jika dosa berkaitan dengan manusia yang lain, maka syaratnya ditambah lagi, iaitu harus dapat membebaskan diri dari hak orang yang berkaitan. Contohnya jika hal itu berbentuk harta, harus dikembalikan. Jika berbentuk hukuman, ia harus menyerahkan diri mohon dimaafkan. Jika hal berupa cacian dan sebagainya, maka ia harus memohon keredhaannya. Waktu melaksanakan taubat : Taubat tidak boleh diundur-undur atau ditunda. Kerana jika demikian ia sangat berbahaya bagi hati manusia. Jika tidak segera menyucikan diri sedikit demi sedikit, maka pengaruh dosa itu akan bertompok-tompok, dan akhirnya akan merosakkan hati sehingga tertutup dari cahaya kebenaran. Di antara penyebab yang akan membangkitkan jiwa bertaubat seseorang itu adalah jiwa yang selalu mengingati hari kematian dan hidup bersendirian di dalam kubur. Kata-kata mati adalah sesuatu yang sangat menakutkan kebanyakan manusia. Mati beerti berpisah dengan segala yang disayangi atau dicintai. Hari terputusnya segala nikmat. Sedangkan berpisah sebentar sahaja dengan anak atau isteri, dapat mengalirkan air mata kesedihan, apa lagi berpisah untuk selamanya Firman Allah: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula.” (Az-Zumar: 30) Di samping mengingat tentang azab penderitaan yang bakal dihadapi oleh orang-orang yang berdosa mengingat kenikmatan syurga yang bakal ditempati oleh orang-orang yang soleh juga akan dapat membangkitkan keinginan jiwa untuk melakukan taubat dengan segera. Cara melaksanakan solat taubat : Cara melaksanakan solat taubat ini sama dengan solat biasa, iaitu setelah berwuduk dengan sempurna, lalu berdiri di tempat yang suci, menghadap kiblat; * Waktu di lakukan – bila-bila masa merasa telah berbuat dosa (kecuali waktu makruh tahrim utk melakukan solat)*. Sebaik-baiknya 2/3 malam (pukul 2 pagi ke atas), semasa Qiyamullail * Lafaz niat: “Sahaja aku mengerjakan solat sunat taubat dua rakaat kerana Allah Ta’ala.” (Cukup di dalam hati, ada perbahasan ulama’ tentang lafaz niat dlm ibadah – sila rujuk kpd pakar feqah) * Rakaat pertama membaca (disunatkan membaca doa Iftitah) kemudian surah Al-Fatihah. Selepas itu mana2 ayat atau surah dalam al-Quran. * Rakaat kedua membaca surah Al-Fatihah. Selepas itu mana2 ayat atau surah dalam al-Quran. * Semasa sujud akhir rakaat kedua, ucapkanlah Doa Nabi Yunus sebanyak 40 kali (bersungguh-sungguh di dalam hati memohon keampunan dari Allah Ta’ala), 027alquran3.gif Ertinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau Ya Allah, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” * Selepas salam, perbanyakkan istighfar seperti, munajat1.jpg Ertinya: Ampunilah hamba Ya Allah. Tuhan yang Maha Agung. Tiada Tuhan yang lain melainkan hanya Engkau. Dialah Tuhan yang Maha Hidup lagi Maha Perkasa dan hamba bertaubat kepada Engkau ya Allah. * dan berdoa dengan Penghulu Istighfar, penghulu.jpg Ertinya: “Ya, Allah Engkaulah Tuhanku, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku. Sedang aku adalah hamba-Mu dan aku di dalam genggaman-Mu dan di dalam perjanjian setia ( beriman dan taat ) kepada-Mu sekuat mampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku lakukan. Aku mengakui atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada ku dan aku mengaku segala dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa kecuali Engkau.” * Kemudian boleh juga berdoa mengikut luahan hati dan munajat masing-masing ke hadhrat Allah. ———————————————————– *Makruh tahrim – Petikan dari “170 Solat-Solat Sunat”, Abd Rahman Mukhlis, Terbitan Jasmin Enterprise, ms 8-9 ; Fuqaha Syafi’iyah berpendapat bahawa makruh tahrim hukumnya melaksanakan sembahyang sunat tanpa sebab, dan sembahyang itu dipandang tidak sah jika dilakukan dalam lima waktu berikut: 1. Selepas sembahyang Subuh yang dilaksanakan secara tunai (bukan sembahyang qadha’), hingga matahari menyingsing sepenggalah. 2. Ketika matahari terbit hingga menyingsing seperti galah. 3. Selepas melakukan sembahyang Asar yang dilaksanakan secara tunai sekalipun ia dijamak dengan Zuhur pada waktu Zuhur (jamak taqdim). 4. Ketika matahari berwarna kuning, hingga terbenam seluruhnya. 5. Ketika matahari benar-benar berada di atas kepala (di tengah-tengah langit) hingga gelincir ke Barat. Kecuali waktu Istiwa’ (matahari berada di tengah-tengah langit pada hari Jumaat. Bagaimanapun, jika sembahyang yang dilakukan itu ada sebab yang mendahuluinya seperti sembahyang Tahiyyatul Masjid, walaupun khatib sudah berada di atas mimbar, sembahyang Sunat Wuduk dan sembahyang Sunat Tawaf sebanyak dua rakaat. Begitu juga sembahyang yang mempunyai waktu terkait (muqayyad), seperti sembahyang Istisqa’ dan sembahyang Gerhana Matahari. Maka hukumnya adalah sah tanpa dimakruhkan, sebab ia terkait dengan turunnya hujan dan terhalangnya cahaya matahari. Adapun melaksanakan sembahyang sunat ketika bilal qamat adalah makruh tanzih, kecuali ketika qamat sembahyang Jumaat. Sembahyang sunat yang dilakukan ketika bilal sudah qamat pada sembahyang Jumaat adalah haram hukumnya. Diposkan oleh PAI SMANDA di 20:20 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Rabu, 13 Oktober 2010Kisah Nabi Daud, AS dan Sulaeman, AS Kisah Nabi Dawud dan Sulaiman Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman adalah nabi-nabi utama dari kalangan Bani Israil. Allah SWT himpunkan bagi kedua nubuwwah dan hikmah serta kerajaan yg besar dan kuat. Nabi Dawud, AS. sebelumnya adalah seorang prajurit dlm pasukan Thalut yg telah dipilih oleh salah seorang Nabi dari Bani Israil sebagai raja mereka. Thalut dipilih krn keberanian kekuatan serta luas ilmu pengetahuan tentang pemerintahan dan siasat perang. Hal ini sebagaimana Allah firmankan: ????????? ???????? ??? ????????? ??????????? “Dan Allah menganugerahi ilmu yg luas dan tubuh yg perkasa.” Ketika mereka berhadapan dgn Jalut serta tentara pasukan Thalut bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah SWT . Dawud ternyata melampaui keberanian mereka. Segera dia menghadapi Jalut dan membunuh sehingga sisa pasukan menderita kekalahan. Dan Allah menolong Bani Israil. Kemudian Allah mengangkat Dawud menjadi Nabi dan memberi hikmah serta kerajaan yg kuat. Allah berfirman: ??????????? ???????? ???????????? ??????????? ???????? ?????????? “Dan Kami kuatkan kerajaan dan Kami berikan kepada hikmah dan kebijaksanaan dlm menyelesaikan masalah.” Allah telah memberi kekuatan dlm beribadah dan ilmu pengetahuan. Bahkan mensifatkan dgn dua sifat ini yg merupakan ciri kesempurnaan seseorang. Allah berfirman: ??????? ????? ??? ???????????? ????????? ????????? ??????? ??? ????????? ??????? ???????? “Bersabarlah atas segala apa yg mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Dawud yg mempunyai kekuatan. Sesungguh dia seorang yg awwab.” Di sini Allah sifati beliau sebagai seorang yg memiliki kekuatan besar dlm melaksanakan perintah Allah. Dan beliau adl seorang yg awwab krn begitu sempurna pengetahuan tentang Allah. Allah telah menundukkan burung-burung dan gunung-gunung agar bertasbih bersamanya. Beliau telah pula diberi anugerah oleh Allah berupa suara yg merdu yg belum pernah diterima oleh manusia sebelumnya. Nabi Dawud biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga lalu tidur lagi pada seperenamnya. Beliau biasa berpuasa sehari dan sehari berbuka. Apabila bertemu dgn musuh mk siapapun akan melihat keperkasaan beliau yg menakjubkan. Allah telah pula melunakkan besi baginya dan mengajari bagaimana membuat baju besi perisai dan alat-alat perang lainnya. Beliaulah orang pertama membuat semua alat tersebut. Allah pernah menegur beliau dgn mengutus dua orang malaikat sebagai dua orang yg sedang bersengketa. Kedua malaikat itu menemui Nabi Dawud di mihrab sehingga beliau merasa terkejut krn mereka masuk pada waktu yg tdk diizinkan seorangpun masuk ketika itu dgn cara memanjat dinding mihrab. Allah berfirman menceritakan hal ini: ??????? ??? ?????? ????????? ????? ????????? ????? ?????? ????????? ????????? ?????????? ????? ???????? ?????????? ????? ??????? ?????????? “Jangan takut. Kami dua orang yg berselisih. Salah seorang dari kami berbuat dzalim terhadap yg lain. mk berilah keputusan di antara kami dgn adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yg lurus.” Kemudian salah seorang menerangkan keadaan mereka katanya: ”Sesungguh saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing –yang dimaksudkan adl wanita – sedangkan saya hanya mempunyai satu ekor. Lalu dia berkata: ‘Serahkanlah kambingmu kepadaku’ dan dia mengalahkan saya dlm perdebatan. Arti alasan dia lbh kuat sehingga mengalahkan pendapat saya.” Lalu Dawud berkata sebagaimana diceritakan oleh Allah: ????? ?????? ???????? ????????? ?????????? ????? ?????????? ??????? ????????? ???? ???????????? ????????? ?????????? ????? ?????? ?????? ?????????? ???????? ?????????? ????????????? ?????????? ??? ???? “Sesungguh dia telah berbuat dzalim kepadamu dgn meminta kambingmu itu utk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguh kebanyakan orang2 yg berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada yg lain kecuali orang2 yg beriman dan beramal shalih dan amat sedikitlah mereka itu.” Akhir Nabi Dawud mengetahui bahwa dialah yg dimaksud dlm kasus tersebut beliaupun tersadar. Allah k berfirman: ??????? ??????? ???????? ?????????? ????????????? ??????? ??????? ???????? ?????????. ??????????? ???? ?????? ??????? ???? ????????? ????????? ???????? ??????? “Dan Dawud mengetahui bahwa Kami menguji mk diapun meminta ampun kepada Rabb menyungkur sujud dan bertaubat. mk Kami ampuni kesalahan dan sesungguh dia mempunyai kedudukan yg dekat di sisi Kami dan tempat kembali yg baik.” Akhir Allah menghapus dosa beliau dan keadaan jauh lbh baik daripada sebelum kejadian itu. Beliau mendapat tempat yg sangat dekat di sisi Allah dan kesudahan yg baik. Allah berfirman: ??? ??????? ?????? ??????????? ?????????? ??? ????????? ????????? ?????? ???????? ?????????? ????? ????????? ???????? ??????????? ???? ???????? ????? “Hai Dawud sesungguh Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi. mk berilah keputusan dgn adil di antara manusia. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena hawa nafsu itu akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” Sedangkan kepada Nabi Sulaiman bin Dawud Allah telah memberi nubuwah mewarisi ilmu nubuwah dan kerajaan ayahnya. Bahkan Allah memberikan tambahan bagi kerajaan yg besar yg belum pernah dimiliki siapapun sebelum ataupun sesudahnya. Allah menundukkan kepada angin yg berhembus menurut ke mana saja beliau kehendaki yg perjalanan di waktu pagi sama dgn perjalanan sebulan dan di waktu sore juga sama dgn perjalanan sebulan. Juga para jin dan syaithan serta Ifrit yg mengerjakan untuk pekerjaan besar menurut keinginannya. Mereka membuat utk Nabi Sulaiman gedung-gedung tinggi patung-patung dan piring-piring yg seperti kolam dan periuk-periuk yg Mereka datang dan pergi kemanapun sesuai kehendaknya. Allah juga menundukkan kepada pasukan dari manusia jin dan burung-burung lalu mereka diatur dgn tata tertib yg mengagumkan. Allah mengajarkan kepada beliau pengertian tentang suara burung dan seluruh hewan yg ada. Dan mereka kadang mengajak beliau berbicara dan beliau pun memahami pembicaraan mereka. Oleh sebab itu beliau dapat berdialog dgn Hud Hud dan menanyai juga mengerti ucapan seekor semut ketika mengingatkan semut-semut lainnya. Allah berfirman: ??? ???????? ????????? ????????? ????????????? ??? ??????????????? ??????????? ???????????? ?????? ??? ???????????? “Hai semut-semut masuklah ke dlm sarang-sarangmu agar kamu tdk diinjak oleh Sulaiman dan tentara sedangkan mereka tdk menyadarinya.” Semut itu memperingatkan dan memerintahkan supaya para semut itu melindungi diri mereka dari Sulaiman dan pasukannya. Nabi Sulaiman tersenyum dan tertawa mendengar kata-kata semut itu lalu berkata: ????? ??????????? ???? ???????? ?????????? ??????? ?????????? ??????? ??????? ?????????? ?????? ???????? ???????? ????????? ????????????? ???????????? ???? ????????? ?????????????? “Wahai Rabbku berilah aku ilham utk tetap mensyukuri ni’mat-Mu yg telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku. Dan agar aku mengerjakan amal shalih yg Engkau ridhai dan masukkanlah aku dgn rahmat-Mu ke dlm golongan hamba-hamba-Mu yg shalih.” Salah satu bentuk kebaikan dan ketelitian pengaturan beliau adl beliau sendiri yg langsung turun tangan memeriksa pasukannya. Padahal sudah ada masing-masing yg menjadi pengawas mereka. Juga krn firman Allah yg berbunyi “Mereka diatur dgn tertib dlm barisan” menunjukkan hal itu. Sehingga beliau sendiri mencari burung-burung agar mengetahui apakah dia berada di markas atau tidak. Allah menceritakan hal ini dlm Al Qur`an ketika Nabi Sulaiman tdk melihat burung Hud Hud beliau berkata: ??? ???? ??? ????? ??????????? ???? ????? ???? ?????????????? “Mengapa aku tdk melihat Hud Hud apakah dia temasuk yg tdk hadir?” Dan bukan seperti komentar sebagian mufassir bahwa beliau mencari Hud Hud adl agar mencarikan daerah yg banyak air seberapa jauh dari tempat mereka saat itu. Karena sesungguh tanggapan tersebut berbeda jauh dgn susunan kalimat Al Qur‘an. Allah tdk mengatakan bahwa beliau mencari Hud Hud tapi justeru mengatakan dlm ayat itu ??????????? ????????? “Dan dia memeriksa burung-burung”. Kemudian Nabi Sulaiman mengancam krn telah menyelisihi perintahnya. Namun krn kerajaan ditegakkan di atas keadilan beliau menyebutkan pengecualian. Allah k berfirman menceritakan hal ini: ??????????????? ???????? ????????? ???? ?????????????? ???? ?????????????? ??????????? ????????. ???????? ?????? ???????? ??????? ???????? ????? ???? ?????? ???? ?????????? ???? ?????? ???????? ????????. ?????? ???????? ????????? ???????????? ??????????? ???? ????? ?????? ??????? ?????? ????????. ??????????? ??????????? ???????????? ?????????? ???? ?????? ????? ????????? ?????? ???????????? ????????????? ??????????? ???? ??????????? ?????? ??? ????????????. ?????? ?????????? ????? ??????? ???????? ????????? ??? ????????????? ??????????? ?????????? ??? ?????????? ????? ????????????. ????? ??? ?????? ?????? ???? ????? ????????? ??????????? “Sungguh aku benar-benar akan mengadzab dgn adzab yg keras atau benar-benar menyembelih kecuali jika dia benar-benar datang kepadaku dgn alasan yg jelas. mk tdk lama kemudian datanglah Hud Hud lalu ia berkata:”Aku telah mengetahui sesuatu yg kamu belum mengetahui dan kubawa kepadamu dari negeri Saba` suatu berita yg penting diyakini Sesungguh aku menjumpai seorang wanita yg memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yg besar. Aku mendapati dia dan kaum menyembah matahari selain Allah. Dan syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah sehingga mereka tdk mendapat petunjuk. Mengapakah mereka tdk sujud kepada Allah Yang Mengeluarkan apa yg tersembunyi di langit dan bumi. Dan Yang mengetahui apa yg kamu sembunyikan dan apa yg kamu tampakkan. Allah tdk ada ilah kecuali Dia Rabb yg Mempunyai ‘arsy yg besar.” Dalam kesempatan yg demikian singkat ini Hud Hud datang membawa berita besar ini. Disampaikan kepada Nabi Sulaiman tentang penguasa negeri Yaman seorang ratu. Dan ratu itu dianugeahi segala yg dibutuhkan oleh seorang penguasa bahkan mempunyai singgasana yg besar. Hud Hud ternyata bukan hanya memahami kerajaan dan kekuatan mereka tetapi juga mengerti apa yg menjadi keyakinan rakyat Saba`. Mereka adl orang2 yg musyrik menyembah matahari. Hud Hud dgn tegas mengingkari kesyirikan yg mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa hewan-hewan itu sesungguh mengenal Rabb mereka di mana mereka juga bertasbih memuji dan mentauhidkan-Nya. Mereka mempunyai rasa cinta kepada orang2 yg beriman dan mereka juga taat kepada Rabbnya. Bahkan mereka juga membenci orang2 kafir dan orang yg mendustakan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Mereka tunduk kepada Allah dgn sikap ini. Sumber: www.asysyariah.com Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:06 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Senin, 04 Oktober 2010Nabi-Rosul dalam Al-Qur'an Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah Allah semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36). Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau nabi kepada setiap umat sebagai pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan membawa syari’at khusus, atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24). Definisi Rasul dan Nabi Rasul adalah seseorang yang diberikan wahyu syari’at dan diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan kepada orang yang tidak mengetahuinya, atau orang yang mengetahuinya tetapi mengingkarinya. Nabi adalah seseorang yang Allah berikan wahyu syari’at terdahulu agar diajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya dari kaum yang mengikuti syari’at tersebut sekaligus sebagai pembaharu. Setiap rasul merupakan nabi, tetapi setiap nabi belum tentu rasul. Jumlah Rasul dan Nabi Jumlah nabi dan rasul sangatlah banyak. Sebagian ada yang Allah jelaskan nama-nama dan kisah mereka dalam Al-Qur’an, namun ada sebagian dari mereka yang tidak diketahui namanya dan tidak ceritakan kisahnya kepada kita. Jumlah rasul dan nabi yang Allah jelaskan nama-nama mereka dalam Al-Qur’an dan Allah kisahkan kepada kita tentang kehidupan mereka, yaitu sebanyak dua puluh lima orang. Mereka yaitu: a. Adam ‘Alaihissalam “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS. Thaha: 115). b. Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth. Allah Ta’ala menyebutkan nama-nama para nabi dan rasul-Nya, “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesunggunnya Rabb-mu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh, sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang memberi berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih; dan Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya); (dan Kamu lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah (pemahaman agama), dan kenabian.” (QS. Al-An’am: 83-89). c. Idris ‘Alaihissalam “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka ,kisah) Idris (yang disebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam: 56). d. Hud ‘Alaihissalam “Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada meraka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 123-125). e. Shalih ‘Alaihissalam “Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Shalih, berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.’” (QS. Asy-Syu’ara: 141-143). f. Syu’aib ‘Alaihissalam “Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul, ketika Syu’aib berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 176-178). g. Zulkifli ‘Alaihissalam “Dan ingatlah akan Isma’il, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shad: 48). h. Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40). Kita mengimani secara global terhadap para nabi dan rasul yang tidak diketahui namanya dan yang tidak Allah kisahkan kepada kita. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78). Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata, “Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?” Beliau menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu nabi, di antara mereka terdapat tiga ratus lima belas rasul, merupakan jumlah yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani). Hikmah Diutusnya para Rasul dan Nabi 1. Menyerukan manusia agar beribadah kepada Allah semata, dan melarang beribadah kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl: 36). 2. Menjelaskan jalan menuju Allah Ta’ala. “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2). 3. Menjelaskan kondisi manusia setelah sampai kepada Allah Ta’ala pada Hari Kiamat. “Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu.’ Maka orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hajj: 49-51). 4. Menegakkan hujjah (argumentasi) bagi manusia. “(Mereka Kami utus) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa: 165). Karakteristik para Rasul dan Nabi 1. Semua rasul dan nabi adalah dari golongan laki-laki yang dipilih dan dipersiapkan oleh Allah di antara hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43). 2. Semua rasul dan nabi adalah manusia biasa. Mereka juga makan, minum, lupa, tidur, menderita sakit, dan meninggal. “Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, dan tidak (pula) menolak ke-mudharat-an kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa ke-mudharat-an. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-A’raf: 188). Keistimewaan para Rasul dan Nabi 1. Allah memilih mereka sebagai penerima wahyu dan misi kerasulan. Allah berfirman, “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.” (QS. Al-Hajj: 75). 2. Mereka terjaga dari kekeliruan (ma’shum) dalam menyampaikan risalah kepada manusia, baik berupa akidah maupun hukum. “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 1-5). 3. Saat-saat kematian, mereka diberikan pilihan antara dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun ketika sakit, kecuali mereka diberikan hak memilih antara dunia dan akhirat.” (Muttafaq ‘alaih). 4. Jasad mereka dimakamkan ditempat mereka wafat. Dari Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang nabi dikuburkan, kecuali ditempat ia wafat.” (HR. Ahmad). 5. Jasad mereka tidak termakan bumi. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimana shalawat kami ditujukan kepada engkau, sedangkan engkau dalam keadaan hancur (dimakan tanah)?” Atau mereka berkata, “Telah rusak.” Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Daud). Faedah Beriman Kepada para Rasul dan Nabi 1. Mengetahui rahmat dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya, di mana keberadaan para rasul merupakan petunjuk jalan hidayah kepada Allah Ta’ala. 2. Mencintai para rasul dan memuji mereka dengan tidak berlebih-lebihan (ghuluw), karena mereka hanyalah seorang utusan Allah yang juga beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasehat kepada hamba-hamba-Nya. Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:37 3 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 3. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah. 3.1. Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah ? Mampu mengidentifikasi tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu menjelaskan sikap beriman kepada Rasul-rasul Allah. 3.2. Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu mengidentifikasi contoh-contoh beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu mengidentifikasi sifat-sifat mulia para Rasul Allah. 3.3. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. ? Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu meneladani sifat- sifat mulia Rasul-rasul Allah. ? Mampu mengaplikasikan sifat-sifat para Rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. A. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS. Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7) "Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78) Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak. ???? ????? ??? ????? : ??? ???????? ????? ???? ??????? ?????????????? ? ????? : ??????? ?????? ???????????? ???????????? ??????? ?????????? ???? ??????? ????????? ??????? ?????????? ?????? ?????? ????????? (??????? ???????) "Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad) Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu: 1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun. 2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS. 3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt. 4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia. 5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad. 6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan. 7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki. 8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam. 9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu. 10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt. 11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf). 12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya) 13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan 14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s. 15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt. 16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt. 17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir. 18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak. 19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang). 20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan. 21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani Israil. 22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS. 23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak. 24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen. 25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula. B. Tugas Para Rasul Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat. Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya. Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut: 1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa: a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah). b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah) c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah) d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah) 2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan. 3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt. 4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya. 5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt. 6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8) Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut: ???? ????? ?????????? ?????? ????? ?????? ????? : ????? ???????? ????? ? ? : ???????? ???????? ??????????? ??????? ???????????? (??????? ??????? ?? ???????) Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal) C. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut: 1. Teguh keimanannya kepada Allah swt Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya. Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt. 2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut. Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285) Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. 3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut: "...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285) 4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut: “Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21). Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan. (Q.S. Al Hasyr ayat 7). Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai berikut: a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa). b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut: 1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib). 2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat. 3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar. 4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah). c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4) 5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107) 6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut: a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40) Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi). b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik sebagai berikut: ????? ???????????? ?????????????? ???? ????????? ????? ??????? ????? ????????? ??????? (??????? ??????? ?? ???????) Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku.( H.R. Ahmad bin Hambal) c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah sebagai berikut: ??????? ???????? ?????????????? ???? ??????? ???????? ?????? ????? ?????? ??????? ???????????? ???????????? ?????? ???????? ???????? ???? ????????? ???? ?????????? ???????? ???????? ?????????? ???? ????????????? ???? ???????????? : ?????? ???????? ?????? ??????????? ? ????? ??????? ??????????? ??????? ??????? ????????????? (??????? ???????????) Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.” (H.R. Bukhari) d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai berikut: ??? ???????? ?????????? ?????? ???????? ??????????? ???????????? ???????? ???? ??????????? ????????? ???????? ??????? ???????? ????? (??????? ??????????? ????????? ???? ????? ?????????) Artinya: Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah). e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.” Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya. f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik ???????? ???????? ?????????? ??? ???? ????????????? ??????? ???? ?????????? ??????? ??????? ????? ????????? ?????????? (??????? ??????) Artinya: “Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik) Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al-Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap konsisten dengan keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi Muhammad saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya merupakan rujukan bagi kita. Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al Quran, dan ketidak lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat 3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “ Lisanul Arab” sebagai berikut: “Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan kafir.” 7. Mencintai Nabi Muhammad saw. Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut: “ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24) Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda: ????????? ???? ????? ?????? ?????? ????????? ??????????? : ???? ???????? ????? ???????????? ??????? ???????? ?????? ?????????? ?????? ??????? ????????? ??? ????????? ?????? ????? ?? ???? ???????? ???? ???????? ???? ????????? ?????? ???? ?????????? ????? ?????? ????? ???????? ???? ??????? ??? ???????? (??????? ??????????? ????????? ???? ?????) Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka. (H.R. Muttafaq alaih ) Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.” Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita. D. Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya: 1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda: ???????? ????? ??????????????? ???????? Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari) 2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar. 3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda: ??????? ??????? ???? ??????????? ??????? : ?????????? ???????????? ?????????? ??????? ??????? ??? ?????????? (??????? ?????????) Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai) 4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri. 5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya. E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama 2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah 3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa 4. Peduli terhadap kaum dhu’afa 5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah 6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah 7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul 8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji 9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan Mengenal lebih dekat pribadi nabi Muhammad saw. Adalah keistimewaan Nabi saw. bahwa apabila beliau mendirikan salat, ia dapat memandang orang yang dibelakangnya seperti halnya beliau memandang orang yang di depannya. Aisyah berkata : “ Adalah Nabi saw. dapat melihat di dalam gelap seperti halnya beliau melihat di waktu terang .” Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat jalannya daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat baginya, kami telah mengeluarkan banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan berjalan biasa tanpa mengeluarkan tenaga.” Tentang tertawanya saw. bahwa beliau menunjukkan kegirangan hatinya dengan senyum. Bila ia berpaling, maka ia berpaling dengan keseluruhan badannya. Bila ia berjalan, ia begerak dengan gerak tangkas. Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat sempurna. Kata-katanya singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar tanpa dibikin-bikin. Ia mengetahui berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan setiap umat dengan mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya masing-masing. Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang terpuji, adab susila dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Nabi saw. dalam wujudnya yang paling sempurna sebagaimana disanjungkan Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq yang agung.” Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran . Dia rela dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi bersabda:” Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau berdakwah di Thaif. Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis kepadanya. Tentang kemurahan hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau, Ibnu Abbas, bahwa pernah ada orang mengantarkan uang kepada beliau saw. Sebagai hadiah sebanyak 70.000 dinar. Uang itu diletakkan beliau di atas tikar. Sambil duduk bersila, uang itu dibagi-bagikan kepada kaum fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri sebelum uang itu habis. Setelah uang itu habis, ternyata masih ada orang fakir miskin yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka beliau saw. berkata kepada orang tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi silahkan kamu berutang atas nama saya, nanti saya bayar !” Melihat yang demikian, berkatalah Umar bin Khattab kepada beliau saw :”Allah tidak akan memberati engkau apa yang engkau tidak mampu melakukannya.” Umar berkata demikian demi karena sayangnya kepada Rasulullah saw. Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi permintaan orang lain. Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau dikultuskan (disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat berdiri menghormati kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk dan beliau berkata : “ Jangan kamu berdiri menghormati kedatanganku seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri menghormati pembesar-pembesar mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya kaum nasrani menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan karena itu panggillah aku “ Abdullah warasuluhu.” (Dinukil dari buku” Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, hal 75-79 disusun oleh K.H. Firdaus A.N., Publicita, Jakarta , 1977) Sumber; saef-jaza.blogspot.com Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:09 3 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Jumat, 01 Oktober 2010Try Arie Ich IPA2 Nama : Try Arie Ichwanie Kelas : XI IPA 2 No Absen : 27 A. BERLOMBA DALAM BERBUAT KEBAIKAN “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Abaqarah 148). Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul bab "bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun". Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi memahami ayat tersebut. Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas. Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah. Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam. Imam An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud". Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. Sebab boleh jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir. Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba selesai shalat Rasulullah segera keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang istrinya. Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para sahabatnya memandangnya penuh keheranan. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Aku teringat ada sekeping emas dalam kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku segera perintahkan untuk dibagikan kepada yang berhak". (HR. Bukhari). Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi. B. MENYANTUNI KAUM DHUAFA Dalam surah Al-Isra’ Ayat 26-27 Artinya : 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Kandungan Surah Al-Isra’ Ayat 26-27 1. Allah Swt memerintahkan seorang muslim memberikan hak kepada keluarga, Orang miskin, dan orang yang sedang perjalanan. 2. Hak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap keluarga dekat, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan adalah mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih saying, serta membantu meringankan beban penderitaan yang mereka alami. 3. Hak keluarga dekat misalnya memperoleh penghormatan, kasih sayang, mengunjungi apabila tertimpa musibah, dan ikut gembira ketika memperoleh nikmat. 4. Hak fakir miskin, misalnya memperoleh sedekah, disayangi, dikasihani, dan membantu meringankan beban penderitaannya. 5. Hak ibnu sabil/orang yang dalam perjalanan dengan tujuan baik adalah memberikan bantuan dan pertolongan agar tujuan mereka tercapai. II. Arti Dari Menyantuni Kaum Duafa Beserta Orang Yang Pantas Diberi Santunan Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu gunakan. Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan hartanya untuk berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu membantu kaum dufa itu, bukan saja yang berarti duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti asuahan, membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai pendidikannya sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27. Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1). Memuliakannya (2). Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4). Seperti dijelaskan dalam hadist bukhari dibawah ini bila seseorang memelihara anak yatim : (1) Dari Sahl bin Sa’ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari) (2) Surat Al Fajr ayat 17 “Sekali-kali tidak (demikian). Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim” (3) Surat Adh Dhuhaa ayat 9 “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenag-wenang ” (4) Al-Isra’ : 34, Al-Baqarah : 220, An-Nisa : 2, An-Nisa : 6 Untuk fakir miskin, kita harus menganjurkan orang untuk memberi makan. Kalau tidak, bahaya, cap kita adalah pendusta agama (5). Fakir miskin juga termasuk kedalam golongan yang berhak menerima zakat pun harta rampasan perang dari umat muslim (6). Ada Dalam Al-Qur’an ayat berikut : (5) Al Maun : 3 (6) Al Anam : 141, Al Baqarah : 177, Al Anfaal : 41, Al Hasyr : 7 Perlu ditekankan, bahwa defenisi Islam untuk orang yang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (7) . Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi pendusta agama saat tidak menganjurkan untuk memberinya makan. Dan orang seperti inilah yang berhak terhadap zakat dan bagian dalam harta fa’i. dalam hadist buhari dan muslim dijelaskan : (7) Dari abu hurairah ra. ia berkata rasulullah saw bersabda; "bukan dinamakan orang miskin, orang yang meminta-minta kemudian ia tidak memperoleh sesuap dan dua suap makanan atau tidak memperoleh satu dan dua buah butir kurma tapi yang dinamakan orang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah berpikir untuk diberi sedekah dan ia juga tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (HR Bukhari dan Muslim ) Meminta-minta didalam Islam sangatlah tidak dianjurkan. Ia hanya pilihan untuk kondisi sangat genting. Kepepet kata orang kita. Karena banyaknya keburukan yang didapat dari meminta. Ketika meminta-minta, orang akan otomatis kehilangan keberkahan harta (8). Dan sesuai konteks, meminta itu untuk menyelamatkan diri dari kondisi kepepet,maka harus sedikit saja. Secukupnya untuk menutupi kekurangan yang ada, tidak boleh untuk memperkaya diri, karena sama dengan meminta bara api (9). Untuk itu, dalam kondisi yang melaratpun, umat Islam harus tetap berusaha mandiri dengan jalan halal. Keringanan dengan jalan meminta-minta ini hanya diperbolehkan karena tiga sebab, yaitu : Seperti Hadist No. (10) - pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudia ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi; - kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak, - yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak. Dalam hadist riwayat bukhari & muslim Dijelaskan ialah : (8) Dari hakim bin hizam ra. ia berkata; saya meminta kepada rasulullah saw, maka beliau memberi saya ; kemudian saya meminta lagi kepada beliau dan beliau memberi saya lagi. kemudia beliau bersabda; " Hai hakim, sesungguhnya harta itu memang manis dan mempesonakan. siapa saja mendapatkannya dengan kemurahan jiwa, maka ia mendapatkan berkah, tetapi siapa saja mendapatkannya dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan berkah, ia bagaikan orang yang sedang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas (yang memberi , lebih baik daripada tangan dibawah ; hakim berkata; wahai rasulullah , demi zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima sesatu pun dari seseorang seduah pemberianmu ini sampai saya meninggal dunia (HR Bukhari dan Muslim ) (9) Dari abu hurairah ra ia berkata; rasulullah saw bersabda; "siapa saja yang meminta- minta kepada sesama manusia dengan maksud untuk memperbanyak harta kekayaan, maka sesusungguhnya ia meminta bara api; sehingga terserah kepadanya apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya (HR Muslim ) Selain tiga hal diatas, Rasul menyatakan usaha meminta-minta adalah haram. Dari pemaparan jalan yang ditawarkan Islam diatas jelas bahwa menurunkan Perda Pelarangan Memberi Uang Kepada Pengemis, tidak bijak. Apalagi dengan tujuan utama, kebersihan dan ketertiban. Si Penguasa sama dengan menzalimi pengemis-pengemis dan gelandangan. Tapi terlebih dahulu, dia menzalimi diri sendiri dengan menimbun gunugan dosa kezhaliman. (10) Dari abu bisyr Qabishah bin al Mukhariq ra, ia berkata; saya adalah orang yang menanggung beban amat berat, maka saya mendatangi rasulullah saw untuk meminta bantuannya meringankan beban itu, kemudia beliau bersabda " tunggulah sampai ada zakat yang datang ke sini, nanti akan aku suruh si amil (pengumpul dan pembagi zakat) untuk memberi bagian kepadamu , kemudia beliau bersabda; Wahai Qabishah , meminta-minta itu tidak diperbolehkan kecuali ada salah satu dari 3 sebab; - pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudian ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi; - kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak, - yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak, wahai Qabishah meminta-minta selain disebabkan tiga hal tadi adalah usaha yang haram dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram (HR Muslim ) Diposkan oleh PAI SMANDA di 17:36 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook fauzi ramdhani XI IPS 1 “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al Abaqarah 148 Dalam ayat ini Allah memerintahkan fastabiqul khahiraat (bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul: Babul mubaadarah ilal khairaat wa hatstsu man tawajjaha likhairin ‘alal iqbaali ‘alaihi bil jiddi min ghairi taraddud (Bab bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun). Lalu ayat yang pertama kali disebutkan sebagai dalil adalah ayat di atas. Perhatikan betapa Imam An Nawawi telah memahmi ayat tersebut sebegai berikut: Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas. pengemis Sikap mereka jika diberi derma pun kadang kala,.. tak bermakna.. sama dengan wajah acuh para pemberi derma. Ucapan terima kasih yang terlontar lebih “berasa” basa-basi dari kegembiraan mendapatkan selembar uang. Yah.. ngerti juga sih.. jika uang itu hanya selembar ribuan atau sekeping logam ratusan rupiah.. Pastilah tak dapat bikin mereka terlonjak gembira.. (He he.. udah tahu kok masih aja bikin pusing kepala ya… kasih yang “warna merah dong”.. beda gitu) Entah darimana.. hari itu.. saya menuruti gejolak hati yang tak terduga..,Tangan yang tengadah, kugengam erat.. sambil menyisipkan selembar ribuan. Ketika pandanganku beralih kewajahnya…Wooow.. muka hitam dan penuh keriput itu.. mendadak sumrigah.. tersenyum lebar dan lepas… Mata yang semula kuyu memancarkan sejuta binar cahaya.. Aduuuh.. perubahanan itu menyiram hati ini .. sejuuk.. Subhanallah.. Nikmaaaaatttt. Beda dengan hari-hari sebelumnya. Dengan nilai uang yang sama…Ya Allah… ini sebuah rejeki dan karunia…, saya jadi teringat akan kata-kata seorang ustadz tentang pentingnya bersodaqoh dan menyayangi kaum dhuafa 1. Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat 2.Doa orang-orang mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. 3. Bahkan Nabi Muhammmad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Lalu…? Subhanallah.. Alhamdulillah.. hari ini.. saya dapat.. merasakan apa makna ucapan para orang Shalih maupun Nabi Muhammad saw tersebut tentang kaum dhuafa. Saya “membayangkan”.. tangan keriput dan legam dengan panas matahari ini… kelak akan menghampiriku.. bersama dengan senyum dan binar kebahagiaan dari dalam hatinya.. mengulurkan bantuan dan kedamaian.. disaat panas padang Masyar.. sedang puncaknya… Subhanallah Alhamdulillah… (insya Allah ya Allah dengan ijinMU.. segalanya mungkin terjadi) Bisa jadi saat itu.. tangan yang hitam justru memutih karena cinta Allah pada mereka… sedang tangan ini yang semua putih dan tak keriput justru sebaliknya karena banyak hal tak baik yang kita lakukan.. (na’udzubilla min dzalik) Yah.. ini juga yang selalu didengungkan sebagian orang, agar melakukan setiap perbuatan kita “WITH LOVE”.. Memberi kaum dhuafa dengan sepenuh cinta.. bukan hanya sekedar “melewatkan” rupiah demi rupiah dari satu tangan ke tangan lain. Tapi menyalurkan rasa cinta yang teramat dalam.. cinta pada sesama.. cinta pada makhluk Allah.. Pengakuan bahwa kita pun sama dengan mereka (hanya beda peran).. Hmmm Seandainya kutahu.. pasilah sejak dulu saat memberi saya akan melakukan hal yang sama… mengenggam tangan mereka, merasakan kasih mengalir diantara kami. Seandainya kutahu.. rasa nikmat ini.. pasti akan lebih sering saya bersodaqoh.. Ya..jika begitu besar manfaat yang dapat kuterima kelak.. saya ingin menjadi milyuner.. agar makin banyak rupiah yang dapat kuberikan With Love.. pada kaum dhuafa.. Insya Allah… Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:04 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Muhammad Faisal Ramadhan XI IPA 3 Mana yang Lebih Utama, Naik Haji atau Menyantuni Anak Miskin? Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Apa yang anda tanyakan ini sesungguhnya masuk dalam wilayah fiqih prioritas. Yaitu sebuah teknik menganalisa prioritas-prioritas dalam beribadah. Kajian ini banyak dibicarakan oleh para ulama dan ditulis dalam banyak kitab. Salah satu icon yang bisa kita sebut dalam Dr. Yusuf Al-Qaradawi yang telah menulis satu kitab khusus dengan judul Fiqih Prioritas. Kajian ini mencoba menggugah perasaan dan pemikiran yang selama ini dianggap agak kurang seimbang dan kurang adil. Salah satunya tentang kebiasaan ibadah haji yang dilakukan oleh berjuta umat Islam, di mana mereka sebenarnya sudah pernah berhaji wajib sebelumnya, namun bertekad tiap tahun untuk berhaji lagi. Niat untuk berhaji tiap tahun sebenarnya tidak salah. Sebab ibadah haji memang boleh dibilang sebagai puncak rasa cinta dan ketundukan kita kepada Allah SWT. Namun yang mengusik rasa keadilan dan rasa solidaritas para ulama adalah ketimpangan sosial yang sangat mencolok. Salah satu fenomenanya demikian: pada saat berjuta orang mengejar pahala ibadah haji sunnah yang bukan wajib dengan biaya yang bermilyar, di belahan bumi lain kita menyaksikan dengan mata telanjang bagaimana sebagian umat Islam mati kelaparan, baik karena bencana atau pun korban perang. Saat orang-orang kaya dengan ringannya bolak balik ke tanah suci untuk beri’tikaf Ramadhan, masih banyak anak-anak umat Islam yang tidak sekolah karena tidak ada biaya. Mereka akan segera menjadi sampah masyarakat bila dibiarkan tumbuh tanpa pendidikan. Saat orang kaya muslim berlomba mendirikan banguan masjid yang megah, berhias marmer tak ternilai harganya, jutaan umat Islam sedang dimurtadkan oleh para misionaris palangis. Perbandingan fenomena yang timpang ini tentu sangat mengusik rasa keadilan dan rasa sosial para ulama. Sehingga sebagian mereka menghimbau agar lebih memperhatikan masalah ini. Bukankah haji yang mereka kerjakan itu bukan haji wajib? Bukankah kewajiban haji mereka sudah gugur? Bukankah biaya haji itu tiap tahun itu akan jauh lebih bermanfaat dan berbekas bila digunakan untuk memberi makan korban bencana alam dan korban perang, yang hukumnya fardhu? Bukankah biaya umrah Ramadhan tiap tahun itu sangat besar, padahal hukumnya hanya sunnah dan berdimensi sangat pribadi? Seandainya uang jutaan mu’tamirin untuk sekali bulan Ramadhan itu sepakat dikumpulkan untuk membangun proyek sekolah gratis di dunia Islam, sudah lebih dari cukup? Bukankah masjid di banyak kota di negeri ini sudah sangat banyak? Bahkan tidak jarang dalam jarak yang sangat dekat terdapat beberapa masjid sekaligus, sehingga jumlah jamaah yang shalat di masing-masing masjid jadi sedikit? Mengapa dana membangun masjid yang bermilyar itu tidak digunakan untuk melindungi saudara-sudara kita yang sedang mengalami proses pemurtadan? Bukankah melindungi iman jauh lebih penting dari sekedar bermegahan dan berlomba membangun masjid yang sudah terlalu penuh? Semua pemikiran kritis ini sama sekali tidak berniat untuk mengecilkan nilai ibadah haji, umrah dan membangun masjid. Akan tetapi perlu diketahui bahwa haji berkali-kali tiap tahun, demikian juga dengan umrah serta kemegahan masjid, bukanlah amal yang bersifat wajib. Sementara memberi makan korban bencara alam, memberikan pendidikan serta melindungi iman dari kemurtadan, hukum fardhu. Maka sesuatu yang fardhu dan bersifat massal harus lebih dipriorotaskan dari ibadha yang hukumnya sunnah lagi berdimensi individual. Sayangnya kesadaran akan hal seperti ini masih kurang di tengah umat Islam, terutama di kalangn orang-orang kaya di antara mereka. Buktinya, jamaha haji yang sudah gugur kewajiban hajinya masih tetap memaksa berangkat haji tiap tahun. Umrah Ramadhan tiap tahun pun tidak kalau berjejalnya dengan musim haji. Semua ini tentu sangat menggugah rasa keadilan, bahkan sangat tidak memenuhi kaidah fiqih prioritas, lantara ada sejumlah orang yang ngotot mengejar pahala sunnah dan indvidual dengan meninggalkan kewajiban yang lebih asasi dan bersifat jama’i. Karena itu kampanye dan sosialisasi fiqih proritas perlu terus digalakkan, terutama oleh kalangan ustadz dan para penceramah, yang punya akses penuh kepada khalayak umat Islam. Wallahu a”lam bishshawab, wassalamu ”alaikum warahmatullahi wabarakatuh Diposkan oleh PAI SMANDA di 05:55 4 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Entri (Atom)

TAUBAT NASUHA

Kamis, 28 Oktober 2010PENGERTIAN dan CARA TAUBAT NASHUHA Taubat nashuha adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta'ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dari dosa yang pernah ia lakukan karena sengaja atau lupa dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dan berhukum dengan ketaatan yang akan mengantarkan hamba tersebut kepada kedudukan para wali Allah yang bertakwa serta menjauhkan antara ia dengan jalan-jalan syaitan. WAJIBNYA TAUBAT NASHUHA Ketahuilah wahai hamba yang bertaubat -semoga Allah memberikan taufiq kepadamu untuk melakukan taubat yang akan menghapus dosa sebelumnya dan semoga Allah membekalimu dengan takwa- bahwa taubat nashuha adalah fardhu 'ain atas setiap muslim. Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman: "Artinya : …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31] Dzat Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang juga berfirman "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya … ." [At-Tahriim : 8] Allah Yang Maha Penyayang telah berfirman melalui lisan Nabi Syu’aib : "Artinya : Dan mohon ampunlah kepada Rabb-mu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." [Huud: 90] Ayat-ayat yang mulia lagi tegas ini, sesuai dengan hadits-hadits yang mulia dan shahih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: íóÇÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÊõæúÈõæúÇ Åöáóì Çááåö¡ ÝóÅöäöøí ÃóÊõæúÈõ Åöáóì Çááåö Ýöí Çúáíóæúãö ãöÇÆóÉó ãóÑøóÉò. “Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”[1] Karena itulah umat Islam -semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada umat ini- telah sepakat akan wajibnya melakukan taubat. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam kitab al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’aan (V/90), “Umat telah sepakat bahwa taubat adalah kewajiban (fardhu) atas orang-orang mukmin.” Dalam kitab Mukhtashar Minhaajul Qaashidiin, hal. 322, Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, “Umat telah ijma' (sepakat) akan wajibnya taubat.” Maka bersegeralah kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya kalian akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang bertaubat, niscaya Rabb kalian akan membangkitkan kalian pada kedudukan yang mulia lagi terhormat. SETIAP ANAK ADAM PASTI BERSALAH Di antara hal yang memperkuat akan wajibnya taubat nashuha agar dilakukan secara kontinyu dan secepat mungkin adalah bahwa manusia manapun tidak akan pernah lepas dan tidak akan selamat dari kekurangan, namun setiap makhluk bertingkat-tingkat dalam kekurangan tersebut sesuai dengan takdirnya masing-masing, bahkan pada asalnya mereka pasti memiliki kekurangan. Dan hal itu ditutupi dengan taubat nashuha. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ßõáøõ ÇÈúäö ÂÏóãó ÎóØøóÇÁñ æóÎóíúÑõ ÇáúÎóØøóÇÆöíúäó ÇáÊøóæøóÇÈõæúäó. “Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”[2] Rasulullah Shallallahuy ‘alaihi wa sallam bersabda: áóæú Ãóäøó ÇúáÚöÈóÇÏó áóãú íõÐúäöÈõæúÇ¡ áóÎóáóÞó Çááåõ ÎóáúÞðÇ íõÐúäöÈõæäó¡ Ëõãøó íóÛúÝöÑõ áóåõãú¡ æóåõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ. “Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[3] Maka marilah wahai para hamba Allah kita bersegera melakukan taubat nashuha yang akan mensucikan ruh dari segala kotoran-kotorannya dan membersihkan hati dari raan (karat)nya. Karena dosa-dosa adalah karat yang melekat pada hati dan penghalang dari segala hal yang dicintai dan berpaling dari hal-hal yang akan menjauhkan hati dari sesuatu yang dicintai secara syara’ adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Åöäøó ÇáúãõÄúãöäó ÅöÐóÇ ÃóÐúäóÈó ßóÇäóÊú äõßúÊóÉñ ÓóæúÏóÇÁõ Ýöí ÞóáúÈöåö¡ ÝóÅöäú ÊóÇÈó æóäóÒóÚó æóÇÓúÊóÛúÝóÑó ÕõÞöáó ÞóáúÈõåõ ãöäúåóÇ¡ æóÅöäú ÒóÇÏó ÒóÇÏóÊú ÍóÊøóì ÊóÚúáõæó ÞóáúÈóåõ ÝóÐóáößõãõ ÇáÑøóÇäõ ÇáøóÐöí ÐóßóÑó Çááåõ ÚóÒøó æóÌóáøó Ýöí ßöÊóÇÈöåö: “Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka akan terjadi bintik hitam di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dan melepaskan dosa tersebut serta beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan. Namun, jika ia menambah dosanya, maka bintik hitam tersebut pun akan bertambah hingga menutupi hatinya. Maka itulah yang dimaksud dengan raan (karat) yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ [Al-Muthaffifin: 14].”[4] ANJURAN UNTUK MELAKUKAN TAUBAT NASHUHA Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganjurkan untuk melakukan taubat dan beristighfar, karena hal itu lebih baik daripada gemar melakukan dosa yang terus-menerus dilakukannya. Allah Jalla Tsana-uhu berfirman: "Artinya : …Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan di akhirat dan mereka sekali-kali tidak mempunyai seorang pelindung dan penolong pun di muka bumi." [At-Taubah: 74] Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang juga berfirman: "Artinya : Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [Al-Maa’idah: 74] Karena itulah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperbanyak taubat dan istighfar (memohon ampunan) sehingga para Sahabat beliau menghitung ucapan beliau dalam suatu majelis: ÑóÈöø ÇÛúÝöÑúáöí æóÊõÈú Úóáóíøó Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáÊøóæøóÇÈõ ÇáúÛóÝõæúÑõ. “Wahai Rabb-ku ampunilah aku, terimalah taubat-ku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Pengampun.” Sebanyak seratus kali.[5] Demikian pula para Nabi dan Rasul-Rasul Allah, mereka senantiasa menganjurkan kaum-kaum mereka untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman melalui lisan Nabi Shalih : "Artinya : Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, 'Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada bagimu ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)." [Huud: 61] Semoga Allah merahmati al-Qurthubi rahimahullah yang dalam kitab Tafsiirnya (V/92) telah menganggap baik perkataan Muhammad al-Waraq yang mengatakan: ÞóÜÏöøãú áöäóÝúÓößó ÊóæúÈóÜÉð ãóÑúÌõÜæøóÉð ÞóÈÜúáó ÇáúãóãóÇÊö æóÞóÈúÜáó ÍóÈúÓö ÇúáÃóáúÓöäö ÈóÜÇÏöÑú ÈöåóÇ ÛóáúÜÞó ÇáäøõÝõæúÓö ÝóÅöäøóåóÇ ÐõÎúÜÑñ æóÛóäóÜãñ áöáúãõäöíúÈö ÇúáãõÍúÜÓöäö Berikanlah taubat yang diharapkan untuk jiwamu, sebelum kematian dan sebelum lisan-lisan dibelenggu. Bersegeralah menutup jiwa dengan taubat karena sesungguhnya, taubat adalah simpanan dan harta berharga bagi orang yang ingin kembali lagi berbuat kebaikan. [Disalin dari kitab at-Taubah an-Nashuuh fii Dhau-il Qur'aan al-Kariim wal Ahaadiits ash-Shahiihah yang ditulis oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullaah. Edisi Indonesia Luasnya Ampunan Allah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir] BAGAIMANA TAUBAT SESUAI TUNTUNAN ROSULULLAH SAW Taubat yang murni ialah taubat yang terhimpun padanya lima syarat. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan meniatkan taubat itu karena mengharapkan wajah Allah dan pahalanya serta selamat dari adzabnya. Kedua : Menyesal atas perbuatan maksiat itu, dengan bersedih karena melakukannya dan berangan-angan bahwa dia tidak pernah melakukannya. Ketiga : Meninggalkan kemasiatan dengan segera. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ia meninggalkannya, jika itu berupa perbuatan haram dan ia segera mengerjakannya, jika kemaksiatan tersebut adalah meninggalkan kewajiban. Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak makhluk, maka segera ia membebaskan diri darinya, baik dengan mengembalikannya kepada yang berhak maupun meminta maaf kepadanya. Keempat : Bertekad untuk tidak kembali kepada kemasiatan tersebut di masa yang akan datang. Kelima : Taubat tersebut dilakukan sebelum habis masa penerimaannya, baik ketika ajal datang maupun ketika matahari terbit dari tempat tenggelamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan. ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” [An-Nisa : 18] AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN TAUBAT Oleh Abu Usamah Salim bin ‘Ied al-Hilali http://www.almanhaj.or.id/content/2169/slash/0 Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman. "Artinya : …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31] Dzat Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang berfirman. "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman yang bersamanya, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” [At-Tahrim : 8] Diposkan oleh PAI SMANDA di 15:35 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Rabu, 27 Oktober 2010Menuju Ampunan Allah YA ALLAH JADIKAN HAMBA ORANG YANG SENANTIASA MAMPU BERTAUBAT...JADIKAN HAMBA GOLONGAN ORANG-ORANG YANG SUCI...YA ALLAH JADIKAN HAMBA GOLONGAN ORANG-ORANG YANG SHALEH...AMIIN Masuk usia baligh, setiap manusia mulai mengalami fase taklif, memikul beban tugas dari Allah SWT, mengabdi dan beribadah kepadaNya. Setiap kata dan perbuatan mulai dicatat oleh para malaikat, baik maupun buruk. Tak ada satu pun yang luput dari pengawasan Allah dan para malaikatNya. Dan pada saat itu ada jiwa-jiwa yang berseri-seri karena mendapatkan ampunan Allah dan ditempatkan dalam kehidupan yang memuaskan di surga Allah. Dan ada pula jiwa-jiwa yang merana, bermuka muram nan hitam karena tahu tempatnya adalah neraka, tempat paling buruk yang diciptakan Allah SWT. Menuju Ampunan Allah Semua fasilitas hidup di muka bumi ini, Allah ciptakan untuk manusia. Tetapi acap kali manusia mengingkari karunia Allah SWT, tidak bersyukur dan bahkan yang ada adalah penentangan dan kekufuran kepada Allah SWT, tidak mau patuh pada aturanNya, tidak mau taat pada utusan Allah, dan sebagainya. Kita berlindung kepada Allah semoga tidak menjadi hamba yang ingkar. Tentu ada kesalah dan juga dosa yang pernah kita perbuat, karena memang kita tidak terpeliara dari dosa dan maksiat. Namun kita juga tidak patut berpandangan bahwa hal yang wajar kalau kita terus menerus berbuat dosa, sementara Allah SWT menyeru kita untuk bertaubat dan memperbaiki kesalahan kita. Dia membuka pintu maaf bagi siapa saja yang kembali kepada jalanNya yang lurus. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits shahih, bahwa Allah SWT membuka pintu ampunanNya di siang hari untuk mengampuni mereka yang berdosa di malam hari, Dia juga membuka pintu ampunanNya di malam hari bagi mereka yang berdosa di siang hari. Dan itu berlangsung sampai matahari terbit dari barat. (HR. Muslim) Allah SWT berfirman dalam Al Quran, “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran : 133) Bertaubat kepada Allah Para ulama menjelaskan bahwa taubat hukumnya wajib dari semua dosa yang pernah dilakukan, baik dosa kecil maupun dosa besar. Jika dosa itu terkati dengan Allah SWT, ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu: 1. Meninggalkan perbuatan dosa yang diperbuat. 2. Menyesal telah melakukan dosa. 3. Berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Dan jika dosa yang diperbuat terkait dengan manusia, ada satu hal lagi yang harus dilakukan, yakni meminta maaf secara langsung kepadanya. Sebesar apapun dosa yang dilakukan jika kita sadar dan memohon ampunan Allah serta jujur kepadaNya maka Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Allah SWT berfirman, “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31) Memperbanyak Istighfar Memperbanyak kalimat “Astaghfirulllah” yang berarti permohonan ampunn kepada Allah dan merupakan ungkapan yang penuh dengan kesadaran yang bersumber dari hati yang tulus. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepadaNya.” (QS. Hud : 3) Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu memohon ampunan dari Allah, seperti yang diungkapkan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Demi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari) Dalam hadits lain, Aghar ibn Yasar al Muzani meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampunanNya. Sungguh, aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim) Memperbanyak Kebaikan Pilihan amal kebaikan begitu banyak dan beragam, setiap kita pasti bisa melakukannya. Amalan baik seperti yang diinformasikan Rasulullah saw dapat menghapus amalan buruk. Sabda Rasullah saw, “Dan ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baikmu, niscaya perbuatan baik itu menghapus perbuatan buruk.” (HR. Tirmidzi) Puncak perbuatan baik adalah berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Pintu kebaikan lainnya adalah menunaikan amalan wajib dengan istiqomah seperti shalat berjama’ah di masjid, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan Haji ke Baitullah. Kemudian diikuti dengan amalan sunnah, seperti shadaqah, puasa sunnah, menuntut ilmu, membantu orang lain dalam kebaikan, membaca Al Quran dengan mentadabburi maknanya, serta ibadah sunnah lainnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah berakhlaq baik dalam pergaulan, dengan istri dan anak-anak, berbakti kepada kedua orang tua, menghormati tetangga, memulaikan tamu, senyum ketika bertemu dengan saudara. Semua ini termasuk penghapus keburukan yang pernah kita lakukan. Jujur dan Menjauhi Dusta Kisah diterima taubatnya tiga orang sahabat Rasulullah saw yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk tanpa ada alasan yang dapat diterima adalah karena kejujuran dan menjauhi kedustaan. Ketika Rasulullah saw kembali dari peperangan, semua orang munafik berdusta mencari alasan agar dimaafkan oleh Rasulullah saw. Sedangkan ketiga orang sahabat beliau berkata jujur dan tidak berdusta sehingga kemudian Allah SWT menerima taubat ketiganya. “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taubah : 118) Dalam taubat dibutuhkan sikap jujur yang timbul dari hati lalu kemudian bersegera menuju Allah dan meninggalkan masa lalu yang kelam. Taubat Nasuha Bertaubat adalah memulai hidup baru dan meninggakan masa lalu yang kotor, penuh dengan dosa, jangan membiarkan ikatan dengan dosa, dan jangan kembali mendekatinya. Menatap masa depan yang bersih dari perbuatan maksiat dan mengendalikan hawa nafsu agar selaras dengan apa yang dikehendaki Allah SWT dan RasulNya. Allah SWT berfirman, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran : 135) “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,…” (QS. At Tahrim : 8 ) Supaya tercapai taubat nasuha, maka di antara sarananya adalah menambah ilmu yang dapat mengokohkan iman, melembutkan hati dan menajamkan akal. Semua itu dapat diraih dengan lebih aktif mempelajari Al Quran sebagi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dan mempelajari hadits Rasulullah saw sebagai bentuk aplikatif dari ajaran Islam. Penutup Kembali kepada Allah melalui taubat adalah kembali kepada Dzat yang Maha Suci, Dzat yang mencintai kesucian dan keindahan. Sebagai balasan atas kembali kepada kesucian ini telah disediakan di akhirat kelak tempat yang memuaskan, yaitu surga Allah yang penuh dengan kenikmatan, yang luasnya seluas langit dan bumi. Rasulullah saw mengajarkan do’a memohon ampunan Allah SWT dalam hadits beliau, “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Referensi: Taubat Nasuha, Al Manar Edisi 73 Tahun VII, 2010 Diposkan oleh PAI SMANDA di 22:19 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Selasa, 26 Oktober 2010TAUBAT NASUHA ALLAH swt sentiasa memerintahkan kita supaya bertaubat, sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar.” (At-Tahrim: 8.) Allah telah membuka pintu harapan kepada hamba-hambaNya: “Katakanlah; wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53) Syarat-syarat taubat : 1. Ikhlas ingin bertaubat 2. Tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi 3. Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan 4. Harus mempunyai tekad di dalam hati tidak akan melakukan dosa itu untuk selama-lamanya 5. Dikerjakan sebelum ajal tiba Jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka taubat yang dilakukan itu tidaklah sah. Jika dosa berkaitan dengan manusia yang lain, maka syaratnya ditambah lagi, iaitu harus dapat membebaskan diri dari hak orang yang berkaitan. Contohnya jika hal itu berbentuk harta, harus dikembalikan. Jika berbentuk hukuman, ia harus menyerahkan diri mohon dimaafkan. Jika hal berupa cacian dan sebagainya, maka ia harus memohon keredhaannya. Waktu melaksanakan taubat : Taubat tidak boleh diundur-undur atau ditunda. Kerana jika demikian ia sangat berbahaya bagi hati manusia. Jika tidak segera menyucikan diri sedikit demi sedikit, maka pengaruh dosa itu akan bertompok-tompok, dan akhirnya akan merosakkan hati sehingga tertutup dari cahaya kebenaran. Di antara penyebab yang akan membangkitkan jiwa bertaubat seseorang itu adalah jiwa yang selalu mengingati hari kematian dan hidup bersendirian di dalam kubur. Kata-kata mati adalah sesuatu yang sangat menakutkan kebanyakan manusia. Mati beerti berpisah dengan segala yang disayangi atau dicintai. Hari terputusnya segala nikmat. Sedangkan berpisah sebentar sahaja dengan anak atau isteri, dapat mengalirkan air mata kesedihan, apa lagi berpisah untuk selamanya Firman Allah: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula.” (Az-Zumar: 30) Di samping mengingat tentang azab penderitaan yang bakal dihadapi oleh orang-orang yang berdosa mengingat kenikmatan syurga yang bakal ditempati oleh orang-orang yang soleh juga akan dapat membangkitkan keinginan jiwa untuk melakukan taubat dengan segera. Cara melaksanakan solat taubat : Cara melaksanakan solat taubat ini sama dengan solat biasa, iaitu setelah berwuduk dengan sempurna, lalu berdiri di tempat yang suci, menghadap kiblat; * Waktu di lakukan – bila-bila masa merasa telah berbuat dosa (kecuali waktu makruh tahrim utk melakukan solat)*. Sebaik-baiknya 2/3 malam (pukul 2 pagi ke atas), semasa Qiyamullail * Lafaz niat: “Sahaja aku mengerjakan solat sunat taubat dua rakaat kerana Allah Ta’ala.” (Cukup di dalam hati, ada perbahasan ulama’ tentang lafaz niat dlm ibadah – sila rujuk kpd pakar feqah) * Rakaat pertama membaca (disunatkan membaca doa Iftitah) kemudian surah Al-Fatihah. Selepas itu mana2 ayat atau surah dalam al-Quran. * Rakaat kedua membaca surah Al-Fatihah. Selepas itu mana2 ayat atau surah dalam al-Quran. * Semasa sujud akhir rakaat kedua, ucapkanlah Doa Nabi Yunus sebanyak 40 kali (bersungguh-sungguh di dalam hati memohon keampunan dari Allah Ta’ala), 027alquran3.gif Ertinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau Ya Allah, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” * Selepas salam, perbanyakkan istighfar seperti, munajat1.jpg Ertinya: Ampunilah hamba Ya Allah. Tuhan yang Maha Agung. Tiada Tuhan yang lain melainkan hanya Engkau. Dialah Tuhan yang Maha Hidup lagi Maha Perkasa dan hamba bertaubat kepada Engkau ya Allah. * dan berdoa dengan Penghulu Istighfar, penghulu.jpg Ertinya: “Ya, Allah Engkaulah Tuhanku, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku. Sedang aku adalah hamba-Mu dan aku di dalam genggaman-Mu dan di dalam perjanjian setia ( beriman dan taat ) kepada-Mu sekuat mampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku lakukan. Aku mengakui atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada ku dan aku mengaku segala dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa kecuali Engkau.” * Kemudian boleh juga berdoa mengikut luahan hati dan munajat masing-masing ke hadhrat Allah. ———————————————————– *Makruh tahrim – Petikan dari “170 Solat-Solat Sunat”, Abd Rahman Mukhlis, Terbitan Jasmin Enterprise, ms 8-9 ; Fuqaha Syafi’iyah berpendapat bahawa makruh tahrim hukumnya melaksanakan sembahyang sunat tanpa sebab, dan sembahyang itu dipandang tidak sah jika dilakukan dalam lima waktu berikut: 1. Selepas sembahyang Subuh yang dilaksanakan secara tunai (bukan sembahyang qadha’), hingga matahari menyingsing sepenggalah. 2. Ketika matahari terbit hingga menyingsing seperti galah. 3. Selepas melakukan sembahyang Asar yang dilaksanakan secara tunai sekalipun ia dijamak dengan Zuhur pada waktu Zuhur (jamak taqdim). 4. Ketika matahari berwarna kuning, hingga terbenam seluruhnya. 5. Ketika matahari benar-benar berada di atas kepala (di tengah-tengah langit) hingga gelincir ke Barat. Kecuali waktu Istiwa’ (matahari berada di tengah-tengah langit pada hari Jumaat. Bagaimanapun, jika sembahyang yang dilakukan itu ada sebab yang mendahuluinya seperti sembahyang Tahiyyatul Masjid, walaupun khatib sudah berada di atas mimbar, sembahyang Sunat Wuduk dan sembahyang Sunat Tawaf sebanyak dua rakaat. Begitu juga sembahyang yang mempunyai waktu terkait (muqayyad), seperti sembahyang Istisqa’ dan sembahyang Gerhana Matahari. Maka hukumnya adalah sah tanpa dimakruhkan, sebab ia terkait dengan turunnya hujan dan terhalangnya cahaya matahari. Adapun melaksanakan sembahyang sunat ketika bilal qamat adalah makruh tanzih, kecuali ketika qamat sembahyang Jumaat. Sembahyang sunat yang dilakukan ketika bilal sudah qamat pada sembahyang Jumaat adalah haram hukumnya. Diposkan oleh PAI SMANDA di 20:20 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Rabu, 13 Oktober 2010Kisah Nabi Daud, AS dan Sulaeman, AS Kisah Nabi Dawud dan Sulaiman Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman adalah nabi-nabi utama dari kalangan Bani Israil. Allah SWT himpunkan bagi kedua nubuwwah dan hikmah serta kerajaan yg besar dan kuat. Nabi Dawud, AS. sebelumnya adalah seorang prajurit dlm pasukan Thalut yg telah dipilih oleh salah seorang Nabi dari Bani Israil sebagai raja mereka. Thalut dipilih krn keberanian kekuatan serta luas ilmu pengetahuan tentang pemerintahan dan siasat perang. Hal ini sebagaimana Allah firmankan: ????????? ???????? ??? ????????? ??????????? “Dan Allah menganugerahi ilmu yg luas dan tubuh yg perkasa.” Ketika mereka berhadapan dgn Jalut serta tentara pasukan Thalut bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah SWT . Dawud ternyata melampaui keberanian mereka. Segera dia menghadapi Jalut dan membunuh sehingga sisa pasukan menderita kekalahan. Dan Allah menolong Bani Israil. Kemudian Allah mengangkat Dawud menjadi Nabi dan memberi hikmah serta kerajaan yg kuat. Allah berfirman: ??????????? ???????? ???????????? ??????????? ???????? ?????????? “Dan Kami kuatkan kerajaan dan Kami berikan kepada hikmah dan kebijaksanaan dlm menyelesaikan masalah.” Allah telah memberi kekuatan dlm beribadah dan ilmu pengetahuan. Bahkan mensifatkan dgn dua sifat ini yg merupakan ciri kesempurnaan seseorang. Allah berfirman: ??????? ????? ??? ???????????? ????????? ????????? ??????? ??? ????????? ??????? ???????? “Bersabarlah atas segala apa yg mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Dawud yg mempunyai kekuatan. Sesungguh dia seorang yg awwab.” Di sini Allah sifati beliau sebagai seorang yg memiliki kekuatan besar dlm melaksanakan perintah Allah. Dan beliau adl seorang yg awwab krn begitu sempurna pengetahuan tentang Allah. Allah telah menundukkan burung-burung dan gunung-gunung agar bertasbih bersamanya. Beliau telah pula diberi anugerah oleh Allah berupa suara yg merdu yg belum pernah diterima oleh manusia sebelumnya. Nabi Dawud biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga lalu tidur lagi pada seperenamnya. Beliau biasa berpuasa sehari dan sehari berbuka. Apabila bertemu dgn musuh mk siapapun akan melihat keperkasaan beliau yg menakjubkan. Allah telah pula melunakkan besi baginya dan mengajari bagaimana membuat baju besi perisai dan alat-alat perang lainnya. Beliaulah orang pertama membuat semua alat tersebut. Allah pernah menegur beliau dgn mengutus dua orang malaikat sebagai dua orang yg sedang bersengketa. Kedua malaikat itu menemui Nabi Dawud di mihrab sehingga beliau merasa terkejut krn mereka masuk pada waktu yg tdk diizinkan seorangpun masuk ketika itu dgn cara memanjat dinding mihrab. Allah berfirman menceritakan hal ini: ??????? ??? ?????? ????????? ????? ????????? ????? ?????? ????????? ????????? ?????????? ????? ???????? ?????????? ????? ??????? ?????????? “Jangan takut. Kami dua orang yg berselisih. Salah seorang dari kami berbuat dzalim terhadap yg lain. mk berilah keputusan di antara kami dgn adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yg lurus.” Kemudian salah seorang menerangkan keadaan mereka katanya: ”Sesungguh saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing –yang dimaksudkan adl wanita – sedangkan saya hanya mempunyai satu ekor. Lalu dia berkata: ‘Serahkanlah kambingmu kepadaku’ dan dia mengalahkan saya dlm perdebatan. Arti alasan dia lbh kuat sehingga mengalahkan pendapat saya.” Lalu Dawud berkata sebagaimana diceritakan oleh Allah: ????? ?????? ???????? ????????? ?????????? ????? ?????????? ??????? ????????? ???? ???????????? ????????? ?????????? ????? ?????? ?????? ?????????? ???????? ?????????? ????????????? ?????????? ??? ???? “Sesungguh dia telah berbuat dzalim kepadamu dgn meminta kambingmu itu utk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguh kebanyakan orang2 yg berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada yg lain kecuali orang2 yg beriman dan beramal shalih dan amat sedikitlah mereka itu.” Akhir Nabi Dawud mengetahui bahwa dialah yg dimaksud dlm kasus tersebut beliaupun tersadar. Allah k berfirman: ??????? ??????? ???????? ?????????? ????????????? ??????? ??????? ???????? ?????????. ??????????? ???? ?????? ??????? ???? ????????? ????????? ???????? ??????? “Dan Dawud mengetahui bahwa Kami menguji mk diapun meminta ampun kepada Rabb menyungkur sujud dan bertaubat. mk Kami ampuni kesalahan dan sesungguh dia mempunyai kedudukan yg dekat di sisi Kami dan tempat kembali yg baik.” Akhir Allah menghapus dosa beliau dan keadaan jauh lbh baik daripada sebelum kejadian itu. Beliau mendapat tempat yg sangat dekat di sisi Allah dan kesudahan yg baik. Allah berfirman: ??? ??????? ?????? ??????????? ?????????? ??? ????????? ????????? ?????? ???????? ?????????? ????? ????????? ???????? ??????????? ???? ???????? ????? “Hai Dawud sesungguh Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi. mk berilah keputusan dgn adil di antara manusia. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena hawa nafsu itu akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” Sedangkan kepada Nabi Sulaiman bin Dawud Allah telah memberi nubuwah mewarisi ilmu nubuwah dan kerajaan ayahnya. Bahkan Allah memberikan tambahan bagi kerajaan yg besar yg belum pernah dimiliki siapapun sebelum ataupun sesudahnya. Allah menundukkan kepada angin yg berhembus menurut ke mana saja beliau kehendaki yg perjalanan di waktu pagi sama dgn perjalanan sebulan dan di waktu sore juga sama dgn perjalanan sebulan. Juga para jin dan syaithan serta Ifrit yg mengerjakan untuk pekerjaan besar menurut keinginannya. Mereka membuat utk Nabi Sulaiman gedung-gedung tinggi patung-patung dan piring-piring yg seperti kolam dan periuk-periuk yg Mereka datang dan pergi kemanapun sesuai kehendaknya. Allah juga menundukkan kepada pasukan dari manusia jin dan burung-burung lalu mereka diatur dgn tata tertib yg mengagumkan. Allah mengajarkan kepada beliau pengertian tentang suara burung dan seluruh hewan yg ada. Dan mereka kadang mengajak beliau berbicara dan beliau pun memahami pembicaraan mereka. Oleh sebab itu beliau dapat berdialog dgn Hud Hud dan menanyai juga mengerti ucapan seekor semut ketika mengingatkan semut-semut lainnya. Allah berfirman: ??? ???????? ????????? ????????? ????????????? ??? ??????????????? ??????????? ???????????? ?????? ??? ???????????? “Hai semut-semut masuklah ke dlm sarang-sarangmu agar kamu tdk diinjak oleh Sulaiman dan tentara sedangkan mereka tdk menyadarinya.” Semut itu memperingatkan dan memerintahkan supaya para semut itu melindungi diri mereka dari Sulaiman dan pasukannya. Nabi Sulaiman tersenyum dan tertawa mendengar kata-kata semut itu lalu berkata: ????? ??????????? ???? ???????? ?????????? ??????? ?????????? ??????? ??????? ?????????? ?????? ???????? ???????? ????????? ????????????? ???????????? ???? ????????? ?????????????? “Wahai Rabbku berilah aku ilham utk tetap mensyukuri ni’mat-Mu yg telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku. Dan agar aku mengerjakan amal shalih yg Engkau ridhai dan masukkanlah aku dgn rahmat-Mu ke dlm golongan hamba-hamba-Mu yg shalih.” Salah satu bentuk kebaikan dan ketelitian pengaturan beliau adl beliau sendiri yg langsung turun tangan memeriksa pasukannya. Padahal sudah ada masing-masing yg menjadi pengawas mereka. Juga krn firman Allah yg berbunyi “Mereka diatur dgn tertib dlm barisan” menunjukkan hal itu. Sehingga beliau sendiri mencari burung-burung agar mengetahui apakah dia berada di markas atau tidak. Allah menceritakan hal ini dlm Al Qur`an ketika Nabi Sulaiman tdk melihat burung Hud Hud beliau berkata: ??? ???? ??? ????? ??????????? ???? ????? ???? ?????????????? “Mengapa aku tdk melihat Hud Hud apakah dia temasuk yg tdk hadir?” Dan bukan seperti komentar sebagian mufassir bahwa beliau mencari Hud Hud adl agar mencarikan daerah yg banyak air seberapa jauh dari tempat mereka saat itu. Karena sesungguh tanggapan tersebut berbeda jauh dgn susunan kalimat Al Qur‘an. Allah tdk mengatakan bahwa beliau mencari Hud Hud tapi justeru mengatakan dlm ayat itu ??????????? ????????? “Dan dia memeriksa burung-burung”. Kemudian Nabi Sulaiman mengancam krn telah menyelisihi perintahnya. Namun krn kerajaan ditegakkan di atas keadilan beliau menyebutkan pengecualian. Allah k berfirman menceritakan hal ini: ??????????????? ???????? ????????? ???? ?????????????? ???? ?????????????? ??????????? ????????. ???????? ?????? ???????? ??????? ???????? ????? ???? ?????? ???? ?????????? ???? ?????? ???????? ????????. ?????? ???????? ????????? ???????????? ??????????? ???? ????? ?????? ??????? ?????? ????????. ??????????? ??????????? ???????????? ?????????? ???? ?????? ????? ????????? ?????? ???????????? ????????????? ??????????? ???? ??????????? ?????? ??? ????????????. ?????? ?????????? ????? ??????? ???????? ????????? ??? ????????????? ??????????? ?????????? ??? ?????????? ????? ????????????. ????? ??? ?????? ?????? ???? ????? ????????? ??????????? “Sungguh aku benar-benar akan mengadzab dgn adzab yg keras atau benar-benar menyembelih kecuali jika dia benar-benar datang kepadaku dgn alasan yg jelas. mk tdk lama kemudian datanglah Hud Hud lalu ia berkata:”Aku telah mengetahui sesuatu yg kamu belum mengetahui dan kubawa kepadamu dari negeri Saba` suatu berita yg penting diyakini Sesungguh aku menjumpai seorang wanita yg memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yg besar. Aku mendapati dia dan kaum menyembah matahari selain Allah. Dan syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah sehingga mereka tdk mendapat petunjuk. Mengapakah mereka tdk sujud kepada Allah Yang Mengeluarkan apa yg tersembunyi di langit dan bumi. Dan Yang mengetahui apa yg kamu sembunyikan dan apa yg kamu tampakkan. Allah tdk ada ilah kecuali Dia Rabb yg Mempunyai ‘arsy yg besar.” Dalam kesempatan yg demikian singkat ini Hud Hud datang membawa berita besar ini. Disampaikan kepada Nabi Sulaiman tentang penguasa negeri Yaman seorang ratu. Dan ratu itu dianugeahi segala yg dibutuhkan oleh seorang penguasa bahkan mempunyai singgasana yg besar. Hud Hud ternyata bukan hanya memahami kerajaan dan kekuatan mereka tetapi juga mengerti apa yg menjadi keyakinan rakyat Saba`. Mereka adl orang2 yg musyrik menyembah matahari. Hud Hud dgn tegas mengingkari kesyirikan yg mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa hewan-hewan itu sesungguh mengenal Rabb mereka di mana mereka juga bertasbih memuji dan mentauhidkan-Nya. Mereka mempunyai rasa cinta kepada orang2 yg beriman dan mereka juga taat kepada Rabbnya. Bahkan mereka juga membenci orang2 kafir dan orang yg mendustakan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Mereka tunduk kepada Allah dgn sikap ini. Sumber: www.asysyariah.com Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:06 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Senin, 04 Oktober 2010Nabi-Rosul dalam Al-Qur'an Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah Beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah Allah semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut…’” (QS. An-Nahl: 36). Allah Ta’ala selalu mengutus seorang rasul atau nabi kepada setiap umat sebagai pembawa peringatan kepada kaumnya, baik dengan membawa syari’at khusus, atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24). Definisi Rasul dan Nabi Rasul adalah seseorang yang diberikan wahyu syari’at dan diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan kepada orang yang tidak mengetahuinya, atau orang yang mengetahuinya tetapi mengingkarinya. Nabi adalah seseorang yang Allah berikan wahyu syari’at terdahulu agar diajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya dari kaum yang mengikuti syari’at tersebut sekaligus sebagai pembaharu. Setiap rasul merupakan nabi, tetapi setiap nabi belum tentu rasul. Jumlah Rasul dan Nabi Jumlah nabi dan rasul sangatlah banyak. Sebagian ada yang Allah jelaskan nama-nama dan kisah mereka dalam Al-Qur’an, namun ada sebagian dari mereka yang tidak diketahui namanya dan tidak ceritakan kisahnya kepada kita. Jumlah rasul dan nabi yang Allah jelaskan nama-nama mereka dalam Al-Qur’an dan Allah kisahkan kepada kita tentang kehidupan mereka, yaitu sebanyak dua puluh lima orang. Mereka yaitu: a. Adam ‘Alaihissalam “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS. Thaha: 115). b. Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth. Allah Ta’ala menyebutkan nama-nama para nabi dan rasul-Nya, “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesunggunnya Rabb-mu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh, sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang memberi berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih; dan Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya); (dan Kamu lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul), dan Kami memberi petunjuk kepada mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmah (pemahaman agama), dan kenabian.” (QS. Al-An’am: 83-89). c. Idris ‘Alaihissalam “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka ,kisah) Idris (yang disebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam: 56). d. Hud ‘Alaihissalam “Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada meraka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 123-125). e. Shalih ‘Alaihissalam “Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Shalih, berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.’” (QS. Asy-Syu’ara: 141-143). f. Syu’aib ‘Alaihissalam “Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul, ketika Syu’aib berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”’ (QS. Asy-Syu’ara: 176-178). g. Zulkifli ‘Alaihissalam “Dan ingatlah akan Isma’il, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shad: 48). h. Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40). Kita mengimani secara global terhadap para nabi dan rasul yang tidak diketahui namanya dan yang tidak Allah kisahkan kepada kita. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78). Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata, “Ya Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?” Beliau menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu nabi, di antara mereka terdapat tiga ratus lima belas rasul, merupakan jumlah yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani). Hikmah Diutusnya para Rasul dan Nabi 1. Menyerukan manusia agar beribadah kepada Allah semata, dan melarang beribadah kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (QS. An-Nahl: 36). 2. Menjelaskan jalan menuju Allah Ta’ala. “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2). 3. Menjelaskan kondisi manusia setelah sampai kepada Allah Ta’ala pada Hari Kiamat. “Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu.’ Maka orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha dengan maksud menentang ayat-ayat Kami dengan melemahkan (kemauan untuk beriman); mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hajj: 49-51). 4. Menegakkan hujjah (argumentasi) bagi manusia. “(Mereka Kami utus) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa: 165). Karakteristik para Rasul dan Nabi 1. Semua rasul dan nabi adalah dari golongan laki-laki yang dipilih dan dipersiapkan oleh Allah di antara hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43). 2. Semua rasul dan nabi adalah manusia biasa. Mereka juga makan, minum, lupa, tidur, menderita sakit, dan meninggal. “Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, dan tidak (pula) menolak ke-mudharat-an kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa ke-mudharat-an. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-A’raf: 188). Keistimewaan para Rasul dan Nabi 1. Allah memilih mereka sebagai penerima wahyu dan misi kerasulan. Allah berfirman, “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.” (QS. Al-Hajj: 75). 2. Mereka terjaga dari kekeliruan (ma’shum) dalam menyampaikan risalah kepada manusia, baik berupa akidah maupun hukum. “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 1-5). 3. Saat-saat kematian, mereka diberikan pilihan antara dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun ketika sakit, kecuali mereka diberikan hak memilih antara dunia dan akhirat.” (Muttafaq ‘alaih). 4. Jasad mereka dimakamkan ditempat mereka wafat. Dari Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang nabi dikuburkan, kecuali ditempat ia wafat.” (HR. Ahmad). 5. Jasad mereka tidak termakan bumi. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimana shalawat kami ditujukan kepada engkau, sedangkan engkau dalam keadaan hancur (dimakan tanah)?” Atau mereka berkata, “Telah rusak.” Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Daud). Faedah Beriman Kepada para Rasul dan Nabi 1. Mengetahui rahmat dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya, di mana keberadaan para rasul merupakan petunjuk jalan hidayah kepada Allah Ta’ala. 2. Mencintai para rasul dan memuji mereka dengan tidak berlebih-lebihan (ghuluw), karena mereka hanyalah seorang utusan Allah yang juga beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasehat kepada hamba-hamba-Nya. Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:37 3 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 3. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah. 3.1. Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah ? Mampu mengidentifikasi tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu menjelaskan sikap beriman kepada Rasul-rasul Allah. 3.2. Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu mengidentifikasi contoh-contoh beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu mengidentifikasi sifat-sifat mulia para Rasul Allah. 3.3. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. ? Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah. ? Mampu meneladani sifat- sifat mulia Rasul-rasul Allah. ? Mampu mengaplikasikan sifat-sifat para Rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. A. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS. Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7) "Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78) Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak. ???? ????? ??? ????? : ??? ???????? ????? ???? ??????? ?????????????? ? ????? : ??????? ?????? ???????????? ???????????? ??????? ?????????? ???? ??????? ????????? ??????? ?????????? ?????? ?????? ????????? (??????? ???????) "Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad) Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu: 1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun. 2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS. 3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt. 4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia. 5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad. 6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan. 7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki. 8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam. 9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu. 10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt. 11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf). 12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya) 13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan 14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s. 15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt. 16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt. 17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir. 18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak. 19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang). 20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan. 21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani Israil. 22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS. 23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak. 24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen. 25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula. B. Tugas Para Rasul Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat. Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya. Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut: 1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa: a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah). b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah) c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah) d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah) 2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan. 3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt. 4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya. 5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt. 6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8) Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut: ???? ????? ?????????? ?????? ????? ?????? ????? : ????? ???????? ????? ? ? : ???????? ???????? ??????????? ??????? ???????????? (??????? ??????? ?? ???????) Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal) C. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut: 1. Teguh keimanannya kepada Allah swt Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya. Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt. 2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut. Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285) Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. 3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut: "...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285) 4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut: “Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21). Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan. (Q.S. Al Hasyr ayat 7). Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai berikut: a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa). b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut: 1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib). 2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat. 3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar. 4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah). c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4) 5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107) 6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut: a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40) Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi). b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik sebagai berikut: ????? ???????????? ?????????????? ???? ????????? ????? ??????? ????? ????????? ??????? (??????? ??????? ?? ???????) Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku.( H.R. Ahmad bin Hambal) c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah sebagai berikut: ??????? ???????? ?????????????? ???? ??????? ???????? ?????? ????? ?????? ??????? ???????????? ???????????? ?????? ???????? ???????? ???? ????????? ???? ?????????? ???????? ???????? ?????????? ???? ????????????? ???? ???????????? : ?????? ???????? ?????? ??????????? ? ????? ??????? ??????????? ??????? ??????? ????????????? (??????? ???????????) Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.” (H.R. Bukhari) d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai berikut: ??? ???????? ?????????? ?????? ???????? ??????????? ???????????? ???????? ???? ??????????? ????????? ???????? ??????? ???????? ????? (??????? ??????????? ????????? ???? ????? ?????????) Artinya: Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah). e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.” Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya. f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik ???????? ???????? ?????????? ??? ???? ????????????? ??????? ???? ?????????? ??????? ??????? ????? ????????? ?????????? (??????? ??????) Artinya: “Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik) Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al-Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap konsisten dengan keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi Muhammad saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya merupakan rujukan bagi kita. Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al Quran, dan ketidak lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat 3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “ Lisanul Arab” sebagai berikut: “Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan kafir.” 7. Mencintai Nabi Muhammad saw. Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut: “ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24) Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda: ????????? ???? ????? ?????? ?????? ????????? ??????????? : ???? ???????? ????? ???????????? ??????? ???????? ?????? ?????????? ?????? ??????? ????????? ??? ????????? ?????? ????? ?? ???? ???????? ???? ???????? ???? ????????? ?????? ???? ?????????? ????? ?????? ????? ???????? ???? ??????? ??? ???????? (??????? ??????????? ????????? ???? ?????) Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka. (H.R. Muttafaq alaih ) Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.” Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita. D. Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya: 1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda: ???????? ????? ??????????????? ???????? Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari) 2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar. 3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda: ??????? ??????? ???? ??????????? ??????? : ?????????? ???????????? ?????????? ??????? ??????? ??? ?????????? (??????? ?????????) Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai) 4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri. 5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya. E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama 2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah 3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa 4. Peduli terhadap kaum dhu’afa 5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah 6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah 7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul 8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji 9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan Mengenal lebih dekat pribadi nabi Muhammad saw. Adalah keistimewaan Nabi saw. bahwa apabila beliau mendirikan salat, ia dapat memandang orang yang dibelakangnya seperti halnya beliau memandang orang yang di depannya. Aisyah berkata : “ Adalah Nabi saw. dapat melihat di dalam gelap seperti halnya beliau melihat di waktu terang .” Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat jalannya daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat baginya, kami telah mengeluarkan banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan berjalan biasa tanpa mengeluarkan tenaga.” Tentang tertawanya saw. bahwa beliau menunjukkan kegirangan hatinya dengan senyum. Bila ia berpaling, maka ia berpaling dengan keseluruhan badannya. Bila ia berjalan, ia begerak dengan gerak tangkas. Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat sempurna. Kata-katanya singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar tanpa dibikin-bikin. Ia mengetahui berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan setiap umat dengan mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya masing-masing. Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang terpuji, adab susila dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Nabi saw. dalam wujudnya yang paling sempurna sebagaimana disanjungkan Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq yang agung.” Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran . Dia rela dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi bersabda:” Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau berdakwah di Thaif. Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis kepadanya. Tentang kemurahan hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau, Ibnu Abbas, bahwa pernah ada orang mengantarkan uang kepada beliau saw. Sebagai hadiah sebanyak 70.000 dinar. Uang itu diletakkan beliau di atas tikar. Sambil duduk bersila, uang itu dibagi-bagikan kepada kaum fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri sebelum uang itu habis. Setelah uang itu habis, ternyata masih ada orang fakir miskin yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka beliau saw. berkata kepada orang tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi silahkan kamu berutang atas nama saya, nanti saya bayar !” Melihat yang demikian, berkatalah Umar bin Khattab kepada beliau saw :”Allah tidak akan memberati engkau apa yang engkau tidak mampu melakukannya.” Umar berkata demikian demi karena sayangnya kepada Rasulullah saw. Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi permintaan orang lain. Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau dikultuskan (disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat berdiri menghormati kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk dan beliau berkata : “ Jangan kamu berdiri menghormati kedatanganku seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri menghormati pembesar-pembesar mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya kaum nasrani menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan karena itu panggillah aku “ Abdullah warasuluhu.” (Dinukil dari buku” Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, hal 75-79 disusun oleh K.H. Firdaus A.N., Publicita, Jakarta , 1977) Sumber; saef-jaza.blogspot.com Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:09 3 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Jumat, 01 Oktober 2010Try Arie Ich IPA2 Nama : Try Arie Ichwanie Kelas : XI IPA 2 No Absen : 27 A. BERLOMBA DALAM BERBUAT KEBAIKAN “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Abaqarah 148). Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul bab "bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun". Berikut beberapa poin bagaimana Imam An Nawawi memahami ayat tersebut. Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas. Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik. Lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat kebaikan. Dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang pembunuh seratus orang lalu ia ingin bertaubat, disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan taubat tersebut disyaratkan agar ia meninggalkan lingkungannya yang buruk. Sebab tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Karena itu Imam An Nawawi menggunakan "al hatstsu" yang artinya saling mendukung dan memotivasi. Sebab dari lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah. Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam. Imam An Nawawi mengatakan "bil jiddi min ghairi taraddud". Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. Sebab boleh jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir. Uqbah bin Harits RA pernah suatu hari bercerita: “Aku shalat Ashar di Madinah di belakang Rasulullah SAW, tiba-tiba selesai shalat Rasulullah segera keluar melangkahi barisan shaf para sahabat dan menuju kamar salah seorang istrinya. Para sahabat kaget melihat tergesa-gesanya Rasulullah. Lalu Rasulullah keluar, dan kaget ketika melihat para sahabatnya memandangnya penuh keheranan. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Aku teringat ada sekeping emas dalam kamar, dan aku tidak suka kalau emas tersebut masih bersamaku. Maka aku segera perintahkan untuk dibagikan kepada yang berhak". (HR. Bukhari). Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi. B. MENYANTUNI KAUM DHUAFA Dalam surah Al-Isra’ Ayat 26-27 Artinya : 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Kandungan Surah Al-Isra’ Ayat 26-27 1. Allah Swt memerintahkan seorang muslim memberikan hak kepada keluarga, Orang miskin, dan orang yang sedang perjalanan. 2. Hak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap keluarga dekat, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan adalah mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih saying, serta membantu meringankan beban penderitaan yang mereka alami. 3. Hak keluarga dekat misalnya memperoleh penghormatan, kasih sayang, mengunjungi apabila tertimpa musibah, dan ikut gembira ketika memperoleh nikmat. 4. Hak fakir miskin, misalnya memperoleh sedekah, disayangi, dikasihani, dan membantu meringankan beban penderitaannya. 5. Hak ibnu sabil/orang yang dalam perjalanan dengan tujuan baik adalah memberikan bantuan dan pertolongan agar tujuan mereka tercapai. II. Arti Dari Menyantuni Kaum Duafa Beserta Orang Yang Pantas Diberi Santunan Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu gunakan. Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan hartanya untuk berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu membantu kaum dufa itu, bukan saja yang berarti duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti asuahan, membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai pendidikannya sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27. Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1). Memuliakannya (2). Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4). Seperti dijelaskan dalam hadist bukhari dibawah ini bila seseorang memelihara anak yatim : (1) Dari Sahl bin Sa’ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari) (2) Surat Al Fajr ayat 17 “Sekali-kali tidak (demikian). Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim” (3) Surat Adh Dhuhaa ayat 9 “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenag-wenang ” (4) Al-Isra’ : 34, Al-Baqarah : 220, An-Nisa : 2, An-Nisa : 6 Untuk fakir miskin, kita harus menganjurkan orang untuk memberi makan. Kalau tidak, bahaya, cap kita adalah pendusta agama (5). Fakir miskin juga termasuk kedalam golongan yang berhak menerima zakat pun harta rampasan perang dari umat muslim (6). Ada Dalam Al-Qur’an ayat berikut : (5) Al Maun : 3 (6) Al Anam : 141, Al Baqarah : 177, Al Anfaal : 41, Al Hasyr : 7 Perlu ditekankan, bahwa defenisi Islam untuk orang yang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (7) . Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi pendusta agama saat tidak menganjurkan untuk memberinya makan. Dan orang seperti inilah yang berhak terhadap zakat dan bagian dalam harta fa’i. dalam hadist buhari dan muslim dijelaskan : (7) Dari abu hurairah ra. ia berkata rasulullah saw bersabda; "bukan dinamakan orang miskin, orang yang meminta-minta kemudian ia tidak memperoleh sesuap dan dua suap makanan atau tidak memperoleh satu dan dua buah butir kurma tapi yang dinamakan orang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah berpikir untuk diberi sedekah dan ia juga tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (HR Bukhari dan Muslim ) Meminta-minta didalam Islam sangatlah tidak dianjurkan. Ia hanya pilihan untuk kondisi sangat genting. Kepepet kata orang kita. Karena banyaknya keburukan yang didapat dari meminta. Ketika meminta-minta, orang akan otomatis kehilangan keberkahan harta (8). Dan sesuai konteks, meminta itu untuk menyelamatkan diri dari kondisi kepepet,maka harus sedikit saja. Secukupnya untuk menutupi kekurangan yang ada, tidak boleh untuk memperkaya diri, karena sama dengan meminta bara api (9). Untuk itu, dalam kondisi yang melaratpun, umat Islam harus tetap berusaha mandiri dengan jalan halal. Keringanan dengan jalan meminta-minta ini hanya diperbolehkan karena tiga sebab, yaitu : Seperti Hadist No. (10) - pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudia ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi; - kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak, - yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak. Dalam hadist riwayat bukhari & muslim Dijelaskan ialah : (8) Dari hakim bin hizam ra. ia berkata; saya meminta kepada rasulullah saw, maka beliau memberi saya ; kemudian saya meminta lagi kepada beliau dan beliau memberi saya lagi. kemudia beliau bersabda; " Hai hakim, sesungguhnya harta itu memang manis dan mempesonakan. siapa saja mendapatkannya dengan kemurahan jiwa, maka ia mendapatkan berkah, tetapi siapa saja mendapatkannya dengan meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan berkah, ia bagaikan orang yang sedang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas (yang memberi , lebih baik daripada tangan dibawah ; hakim berkata; wahai rasulullah , demi zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima sesatu pun dari seseorang seduah pemberianmu ini sampai saya meninggal dunia (HR Bukhari dan Muslim ) (9) Dari abu hurairah ra ia berkata; rasulullah saw bersabda; "siapa saja yang meminta- minta kepada sesama manusia dengan maksud untuk memperbanyak harta kekayaan, maka sesusungguhnya ia meminta bara api; sehingga terserah kepadanya apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya (HR Muslim ) Selain tiga hal diatas, Rasul menyatakan usaha meminta-minta adalah haram. Dari pemaparan jalan yang ditawarkan Islam diatas jelas bahwa menurunkan Perda Pelarangan Memberi Uang Kepada Pengemis, tidak bijak. Apalagi dengan tujuan utama, kebersihan dan ketertiban. Si Penguasa sama dengan menzalimi pengemis-pengemis dan gelandangan. Tapi terlebih dahulu, dia menzalimi diri sendiri dengan menimbun gunugan dosa kezhaliman. (10) Dari abu bisyr Qabishah bin al Mukhariq ra, ia berkata; saya adalah orang yang menanggung beban amat berat, maka saya mendatangi rasulullah saw untuk meminta bantuannya meringankan beban itu, kemudia beliau bersabda " tunggulah sampai ada zakat yang datang ke sini, nanti akan aku suruh si amil (pengumpul dan pembagi zakat) untuk memberi bagian kepadamu , kemudia beliau bersabda; Wahai Qabishah , meminta-minta itu tidak diperbolehkan kecuali ada salah satu dari 3 sebab; - pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudian ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi; - kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak, - yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak, wahai Qabishah meminta-minta selain disebabkan tiga hal tadi adalah usaha yang haram dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram (HR Muslim ) Diposkan oleh PAI SMANDA di 17:36 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook fauzi ramdhani XI IPS 1 “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al Abaqarah 148 Dalam ayat ini Allah memerintahkan fastabiqul khahiraat (bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul: Babul mubaadarah ilal khairaat wa hatstsu man tawajjaha likhairin ‘alal iqbaali ‘alaihi bil jiddi min ghairi taraddud (Bab bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun). Lalu ayat yang pertama kali disebutkan sebagai dalil adalah ayat di atas. Perhatikan betapa Imam An Nawawi telah memahmi ayat tersebut sebegai berikut: Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas. pengemis Sikap mereka jika diberi derma pun kadang kala,.. tak bermakna.. sama dengan wajah acuh para pemberi derma. Ucapan terima kasih yang terlontar lebih “berasa” basa-basi dari kegembiraan mendapatkan selembar uang. Yah.. ngerti juga sih.. jika uang itu hanya selembar ribuan atau sekeping logam ratusan rupiah.. Pastilah tak dapat bikin mereka terlonjak gembira.. (He he.. udah tahu kok masih aja bikin pusing kepala ya… kasih yang “warna merah dong”.. beda gitu) Entah darimana.. hari itu.. saya menuruti gejolak hati yang tak terduga..,Tangan yang tengadah, kugengam erat.. sambil menyisipkan selembar ribuan. Ketika pandanganku beralih kewajahnya…Wooow.. muka hitam dan penuh keriput itu.. mendadak sumrigah.. tersenyum lebar dan lepas… Mata yang semula kuyu memancarkan sejuta binar cahaya.. Aduuuh.. perubahanan itu menyiram hati ini .. sejuuk.. Subhanallah.. Nikmaaaaatttt. Beda dengan hari-hari sebelumnya. Dengan nilai uang yang sama…Ya Allah… ini sebuah rejeki dan karunia…, saya jadi teringat akan kata-kata seorang ustadz tentang pentingnya bersodaqoh dan menyayangi kaum dhuafa 1. Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat 2.Doa orang-orang mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. 3. Bahkan Nabi Muhammmad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Lalu…? Subhanallah.. Alhamdulillah.. hari ini.. saya dapat.. merasakan apa makna ucapan para orang Shalih maupun Nabi Muhammad saw tersebut tentang kaum dhuafa. Saya “membayangkan”.. tangan keriput dan legam dengan panas matahari ini… kelak akan menghampiriku.. bersama dengan senyum dan binar kebahagiaan dari dalam hatinya.. mengulurkan bantuan dan kedamaian.. disaat panas padang Masyar.. sedang puncaknya… Subhanallah Alhamdulillah… (insya Allah ya Allah dengan ijinMU.. segalanya mungkin terjadi) Bisa jadi saat itu.. tangan yang hitam justru memutih karena cinta Allah pada mereka… sedang tangan ini yang semua putih dan tak keriput justru sebaliknya karena banyak hal tak baik yang kita lakukan.. (na’udzubilla min dzalik) Yah.. ini juga yang selalu didengungkan sebagian orang, agar melakukan setiap perbuatan kita “WITH LOVE”.. Memberi kaum dhuafa dengan sepenuh cinta.. bukan hanya sekedar “melewatkan” rupiah demi rupiah dari satu tangan ke tangan lain. Tapi menyalurkan rasa cinta yang teramat dalam.. cinta pada sesama.. cinta pada makhluk Allah.. Pengakuan bahwa kita pun sama dengan mereka (hanya beda peran).. Hmmm Seandainya kutahu.. pasilah sejak dulu saat memberi saya akan melakukan hal yang sama… mengenggam tangan mereka, merasakan kasih mengalir diantara kami. Seandainya kutahu.. rasa nikmat ini.. pasti akan lebih sering saya bersodaqoh.. Ya..jika begitu besar manfaat yang dapat kuterima kelak.. saya ingin menjadi milyuner.. agar makin banyak rupiah yang dapat kuberikan With Love.. pada kaum dhuafa.. Insya Allah… Diposkan oleh PAI SMANDA di 06:04 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Muhammad Faisal Ramadhan XI IPA 3 Mana yang Lebih Utama, Naik Haji atau Menyantuni Anak Miskin? Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Apa yang anda tanyakan ini sesungguhnya masuk dalam wilayah fiqih prioritas. Yaitu sebuah teknik menganalisa prioritas-prioritas dalam beribadah. Kajian ini banyak dibicarakan oleh para ulama dan ditulis dalam banyak kitab. Salah satu icon yang bisa kita sebut dalam Dr. Yusuf Al-Qaradawi yang telah menulis satu kitab khusus dengan judul Fiqih Prioritas. Kajian ini mencoba menggugah perasaan dan pemikiran yang selama ini dianggap agak kurang seimbang dan kurang adil. Salah satunya tentang kebiasaan ibadah haji yang dilakukan oleh berjuta umat Islam, di mana mereka sebenarnya sudah pernah berhaji wajib sebelumnya, namun bertekad tiap tahun untuk berhaji lagi. Niat untuk berhaji tiap tahun sebenarnya tidak salah. Sebab ibadah haji memang boleh dibilang sebagai puncak rasa cinta dan ketundukan kita kepada Allah SWT. Namun yang mengusik rasa keadilan dan rasa solidaritas para ulama adalah ketimpangan sosial yang sangat mencolok. Salah satu fenomenanya demikian: pada saat berjuta orang mengejar pahala ibadah haji sunnah yang bukan wajib dengan biaya yang bermilyar, di belahan bumi lain kita menyaksikan dengan mata telanjang bagaimana sebagian umat Islam mati kelaparan, baik karena bencana atau pun korban perang. Saat orang-orang kaya dengan ringannya bolak balik ke tanah suci untuk beri’tikaf Ramadhan, masih banyak anak-anak umat Islam yang tidak sekolah karena tidak ada biaya. Mereka akan segera menjadi sampah masyarakat bila dibiarkan tumbuh tanpa pendidikan. Saat orang kaya muslim berlomba mendirikan banguan masjid yang megah, berhias marmer tak ternilai harganya, jutaan umat Islam sedang dimurtadkan oleh para misionaris palangis. Perbandingan fenomena yang timpang ini tentu sangat mengusik rasa keadilan dan rasa sosial para ulama. Sehingga sebagian mereka menghimbau agar lebih memperhatikan masalah ini. Bukankah haji yang mereka kerjakan itu bukan haji wajib? Bukankah kewajiban haji mereka sudah gugur? Bukankah biaya haji itu tiap tahun itu akan jauh lebih bermanfaat dan berbekas bila digunakan untuk memberi makan korban bencana alam dan korban perang, yang hukumnya fardhu? Bukankah biaya umrah Ramadhan tiap tahun itu sangat besar, padahal hukumnya hanya sunnah dan berdimensi sangat pribadi? Seandainya uang jutaan mu’tamirin untuk sekali bulan Ramadhan itu sepakat dikumpulkan untuk membangun proyek sekolah gratis di dunia Islam, sudah lebih dari cukup? Bukankah masjid di banyak kota di negeri ini sudah sangat banyak? Bahkan tidak jarang dalam jarak yang sangat dekat terdapat beberapa masjid sekaligus, sehingga jumlah jamaah yang shalat di masing-masing masjid jadi sedikit? Mengapa dana membangun masjid yang bermilyar itu tidak digunakan untuk melindungi saudara-sudara kita yang sedang mengalami proses pemurtadan? Bukankah melindungi iman jauh lebih penting dari sekedar bermegahan dan berlomba membangun masjid yang sudah terlalu penuh? Semua pemikiran kritis ini sama sekali tidak berniat untuk mengecilkan nilai ibadah haji, umrah dan membangun masjid. Akan tetapi perlu diketahui bahwa haji berkali-kali tiap tahun, demikian juga dengan umrah serta kemegahan masjid, bukanlah amal yang bersifat wajib. Sementara memberi makan korban bencara alam, memberikan pendidikan serta melindungi iman dari kemurtadan, hukum fardhu. Maka sesuatu yang fardhu dan bersifat massal harus lebih dipriorotaskan dari ibadha yang hukumnya sunnah lagi berdimensi individual. Sayangnya kesadaran akan hal seperti ini masih kurang di tengah umat Islam, terutama di kalangn orang-orang kaya di antara mereka. Buktinya, jamaha haji yang sudah gugur kewajiban hajinya masih tetap memaksa berangkat haji tiap tahun. Umrah Ramadhan tiap tahun pun tidak kalau berjejalnya dengan musim haji. Semua ini tentu sangat menggugah rasa keadilan, bahkan sangat tidak memenuhi kaidah fiqih prioritas, lantara ada sejumlah orang yang ngotot mengejar pahala sunnah dan indvidual dengan meninggalkan kewajiban yang lebih asasi dan bersifat jama’i. Karena itu kampanye dan sosialisasi fiqih proritas perlu terus digalakkan, terutama oleh kalangan ustadz dan para penceramah, yang punya akses penuh kepada khalayak umat Islam. Wallahu a”lam bishshawab, wassalamu ”alaikum warahmatullahi wabarakatuh Diposkan oleh PAI SMANDA di 05:55 4 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Entri (Atom)