Jumat, 01 Oktober 2010

fauzi ramdhani XI IPS 1

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al Abaqarah 148

Dalam ayat ini Allah memerintahkan fastabiqul khahiraat (bersegeralah dalam berbuat baik). Imam An Nawawi dalam kitabnya Riyadhush shalihiin meletakkan bab khusus dengan judul: Babul mubaadarah ilal khairaat wa hatstsu man tawajjaha likhairin ‘alal iqbaali ‘alaihi bil jiddi min ghairi taraddud (Bab bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun). Lalu ayat yang pertama kali disebutkan sebagai dalil adalah ayat di atas. Perhatikan betapa Imam An Nawawi telah memahmi ayat tersebut sebegai berikut:

Pertama, bahwa melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu semasih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah swt. Dalam hadist Rasulullah saw. Juga menggunakan istilah baadiruu maksudnya sama, tidak jauh dari bersegera dan bergegas.



pengemis







Sikap mereka jika diberi derma pun kadang kala,.. tak bermakna.. sama dengan wajah acuh para pemberi derma. Ucapan terima kasih yang terlontar lebih “berasa” basa-basi dari kegembiraan mendapatkan selembar uang. Yah.. ngerti juga sih.. jika uang itu hanya selembar ribuan atau sekeping logam ratusan rupiah.. Pastilah tak dapat bikin mereka terlonjak gembira.. (He he.. udah tahu kok masih aja bikin pusing kepala ya… kasih yang “warna merah dong”.. beda gitu)

Entah darimana.. hari itu.. saya menuruti gejolak hati yang tak terduga..,Tangan yang tengadah, kugengam erat.. sambil menyisipkan selembar ribuan. Ketika pandanganku beralih kewajahnya…Wooow.. muka hitam dan penuh keriput itu.. mendadak sumrigah.. tersenyum lebar dan lepas… Mata yang semula kuyu memancarkan sejuta binar cahaya.. Aduuuh.. perubahanan itu menyiram hati ini .. sejuuk.. Subhanallah.. Nikmaaaaatttt. Beda dengan hari-hari sebelumnya. Dengan nilai uang yang sama…Ya Allah… ini sebuah rejeki dan karunia…, saya jadi teringat akan kata-kata seorang ustadz tentang pentingnya bersodaqoh dan menyayangi kaum dhuafa

1. Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat

2.Doa orang-orang mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT.

3. Bahkan Nabi Muhammmad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat.

Lalu…?

Subhanallah.. Alhamdulillah.. hari ini.. saya dapat.. merasakan apa makna ucapan para orang Shalih maupun Nabi Muhammad saw tersebut tentang kaum dhuafa. Saya “membayangkan”.. tangan keriput dan legam dengan panas matahari ini… kelak akan menghampiriku.. bersama dengan senyum dan binar kebahagiaan dari dalam hatinya.. mengulurkan bantuan dan kedamaian.. disaat panas padang Masyar.. sedang puncaknya… Subhanallah Alhamdulillah… (insya Allah ya Allah dengan ijinMU.. segalanya mungkin terjadi) Bisa jadi saat itu.. tangan yang hitam justru memutih karena cinta Allah pada mereka… sedang tangan ini yang semua putih dan tak keriput justru sebaliknya karena banyak hal tak baik yang kita lakukan.. (na’udzubilla min dzalik)

Yah.. ini juga yang selalu didengungkan sebagian orang, agar melakukan setiap perbuatan kita “WITH LOVE”.. Memberi kaum dhuafa dengan sepenuh cinta.. bukan hanya sekedar “melewatkan” rupiah demi rupiah dari satu tangan ke tangan lain. Tapi menyalurkan rasa cinta yang teramat dalam.. cinta pada sesama.. cinta pada makhluk Allah.. Pengakuan bahwa kita pun sama dengan mereka (hanya beda peran).. Hmmm Seandainya kutahu.. pasilah sejak dulu saat memberi saya akan melakukan hal yang sama… mengenggam tangan mereka, merasakan kasih mengalir diantara kami. Seandainya kutahu.. rasa nikmat ini.. pasti akan lebih sering saya bersodaqoh.. Ya..jika begitu besar manfaat yang dapat kuterima kelak.. saya ingin menjadi milyuner.. agar makin banyak rupiah yang dapat kuberikan With Love.. pada kaum dhuafa.. Insya Allah…

1 komentar:

  1. Leda Devani Putri (13)
    XI.A.5

    menurut saya,
    artikel ini dibuat oleh sang penulis dengan bawaan santai diilustrasikan oleh pengalaman pribadi sang penulis sehingga mengajak para pembaca umtuk berfikir dan juga dapat menikmati artikel tersebut. Namun dibalik semua cerita dari penulis, menjelaskan bersedekah itu wajib dan betapa nikmatnya bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

    selain itu membahas tentang pengemis, ada beberapa pendapat tentang hal tesebut, yaitu :
    a. ada yang mengatakan bahwa kita harus menyantuni orang yang tidak mampu seperti pengemis
    b. namun ada juga yang mengatakan bahwa kita harus menyantuni orang yang membutuhkan terkecuali pengemis karena mengemis merupakan kemalasan seseorang, dan yang telah kita ketahui bahwa tidak semua pengemis itu orang fakirmiskin atau dhuafa. terkadang mereka (pengemis) adalah seorang yang mampu berkecukupan.

    BalasHapus