Kamis, 30 September 2010

Alfiani Kurnia XI IPA 4

   
Dewasa ini dalam menjalankan kehidupan manusia mempunyai keyakinan yang berbeda-beda . masing-masing keyakinan tersebut mempunyai arah/pedoman sesuai yang diyakini oleh masing-masing agama. Pada dasarnya , hal seperti itu telah tercantum jelas dalam firman Allah SWT di dalam Al Qur’an yang berbunyi :
              •  •      
Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(Q.S Al Baqarah:148)
Surah Al Baqarah diatas menegaskan bahwa setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Selain kiblat , masing-masing umat juga mempunyai syariat dan aturan yang berbeda. Syariat terakhir yang dibawa Nabi Muhammad merupakan penyempurna dan pelengkap syariat-syariat terdahulu. Demikian pula Al Qur’an yang merupakan penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Perintah Allah SWT “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” adalah mencakup pemahaman, bahwa berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan merupakan suatu ajakan kepada orang lain untuk senantiasa melakukan dan menempuh jalan yang di ridhai Allah SWT. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan sendiri berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya.
Sejak zaman dahulu , berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk medapatkan pekerjaan yang enak dan layak , semua orang berlomba mendapatkannya. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat. Tengok saja anak muda saat ini yang lebih senang menghafal lirik lagu-lagu Band favorit mereka dibendingkan dengan menghafal ayat-ayat Al Qur’an. Padahal , berlomba-lomba dalam hal akhirat bertujuan utuk menggapai ampunan Allah, ridho-Nya, dan surga-Nya. Bentuk dari menggapai ridho Allah tadi adalah dengan ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Khaliq dan berbuat ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan yang mencakup semua hal baik yang fardhu maupun yang sunah seperti sholat, puasa, zakat, haji, umroh, amal jariyah, jihad,mengamalkan ilmu yang bermanfaat, dll. Para sahabat nabi pun berlomba-lomba menjadi yang terdepan untuk menggapai surga-Nya.
Dalam ayat diatas juga terdapat penjelasan kelak nanti , kita akan berjumpa dengan hari kiamat. Pada hari kiamat , seluruh manusia akan dikumpulkan untuk mendapatkan ganjaran atas perbuatan yang dilakukan di dunia. Hari kiamat terdiri dari beberapa fase , yaitu yaumul hasyr (dibangkitkannya di alam kubur), yaumul masyar (dikumpulkannya di padang masyar), yaumul mizan (penimbangan amal baik dan buruk manusia), dan yaumul hisab (pemutusan apakah manusia tersebut masuk kedalam surga atau neraka).
Terakhir adalah penegasan bahwa Allah SWT Zat Yang Mahakuasa (Al Qodir). Kekuasaan Allah kepada makhluk-Nya bersifat mutlak. Allah SWT berkuasa menciptakan, menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya sesuai kehendak-Nya. Oleh karenanya , manusia tidak boleh bersikap sombong dan menyia-nyiakan amanah yang telah Allah berikan karena semua adalah milik-Nya dan kita hanya sebagian kecil dari kuasa-Nya.

Nama : Alfiani Kurnia
Kelas : XI IPA 4
No Absen : 02

   
Diantara hak yang harus dipenuhi oleh umat Islam adalah hak kaum kerabat , fakir miskin, dan ibnu sabil . Islam sangat menganjurkan kepada seseorang untuk memperhatikan famili dan kerabatnya. Famili dan kerabat didahulukan karena mereka adalah orang terdekat dalam kehidupan sosial kita. Jangan sampai seseorang memiliki rizki berlebih, sementara saudara-saudara dekatnya, tetangganya menangis kelaparan, hidup dalam keadaan susah dan kesulitan.
Maka pantaslah Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 26-27 :
         •  •          
Artinya : ”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang-orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemborosan itu teman syaitan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S Al Isra: 26-27)
Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa dalam setiap harta yang dimiliki oleh seseorang sebenarnya ada hak orang lain, sebab harta yang dimilkinya merupakan hasil dari pada bantuan orang lain. Memberi sesuatu kepada orang lain adalah merupakan perbuatan terpuji dan sangat mulia karena dapat meringankan beban dan penderitaan orang lain. sedangkan mengingkari hak mereka menyebabkan harta tidak berkah. Hak yang patut diberikan tidak selalu berwujud materi tetapi juga meliputi rasa kasih sayang , rasa hormat , dll.
Mengenai distribusi pemberian hak, hendaknya didahulukan kepada kaum kerabat dekat, kemudian baru kepada orang-orang miskin (duafa) serta orang-orang yang membutuhkan, yaitu para musafir dan ibnu sabil. Hak kaum kerabat meliputi kasih sayang , rasa hormat menghormati , dan mendapatkan pertolongan lainnya. Hak kaum fakir miskin selain mendapatkan kasih sayang dan penghormatan adalah hak untuk mendapatkan bantuan materi (sedekah atau zakat). Sedangkan hak kaum ibnu sabil adalah hak untuk mendapatkan petunjuk yang benar jika tersesat atau hak mendapat banyuan lain agar dapat selamat sampai di tempat tujuan.
Dalam firman-Nya ini ditegaskan pula untuk tidak berperilaku boros. Boros artinya menggunakan sesuatu secara berlebihan yang tidak bermanfaat. Suka menghambur-hamburkan harta benda sangat dicela oleh Allah SWT , karena hal demikian menyebabkan manusia diperbudak oleh keinginan hawa nafsu belaka yang merupakan tipu daya setan yang menyesatkan dan setan adalah musuh manusia yang nyata. Termasuk perilaku boros adalah menghambur-hamburkan harta untuk kebutuhan yang tidak perlu (keinginan belaka) , seperti membeli barang-barang mewah, berjudi , membeli minum-minuman keras, narkoba, dll. Sebaliknya , Islam mengajarkan untuk berperilaku sederhana atau hemat. Namun , berlaku sederhana bukan berarti harus hidup kikir dan terlalu berhemat sehingga menyengsarakan diri sendiri.

Subhanallah , inilah wujud sebuah sistem solidaritas yang dibangun dalam masyarakat terkecil dalam Islam. Unit antar keluarga harus dijaga sistem dan silahturahminya agar terjadi aliran kesejahteraan dan kekayaan tidak hanya berputar di antara keluarga yang kaya. Berbagi dan berbagi lah menjadi kata kunci. Sistem solidaritas ini merupakan solusi yang jitu di era yang sangat individual sekarang ini di mana nilai-nilai kekeluargaan sudah mulai mengendor. Mudah-mudahan kita menjadi umat yang tetap berpedoman pada Al Qur’an . sehingga kita dapat melaksanakan semua firman-Nya yang baik bagi kehidupan kita .

Nama : Alfiani Kurnia
Kelas : XI IPA 4
No Absen : 02




Daftar pustaka

LKS Pendidikan Agama Islam SMA kelas XI semester I

Website :
http://moslemgaul.wordpress.com/2010/08/18/berlomba-lombalah-dalam-kebaikan/
http://rumaysho.com/belajar-islam.tafsir-al-quran/3179-berlomba-dalam-meraih-pahala.html
www.rumaysho.com

1 komentar:

  1. Mutiara Aini
    XI ipa 5
    17

    sbg umat muslim kita harus berlomba dalam kebaikan. berlomba dalam kebaikan ini berorientasi pada masa sekarang dan untuk akhirat nanti
    dan setiap rezeki yg kita dapat terdapat sebagiannya yang merupakan bagian dari hak orang lain.

    BalasHapus