Sabtu, 25 September 2010

Denade Mawlidya Putri (07) IPA2

Berlomba-lomba dalam Kebaikan
Kebaikan, adalah salah satu sifat terpuji dan Allah sangat menyukai hamba-Nya yang berperilaku terpuji.Sesungguhnya bersaing dan berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan dan melakukan amal shalih adalah diperintahkan. Karena itu, hendaknya setiap muslim di zaman ini meniru para pendahulu mereka untuk selalu berlomba-lomba guna mendapatkan kebaikan dan untuk beramal shalih. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al-Maidah: 48)
Ayat serupa yang memerintahkan agar bersegera dan berlomba-lomba dalam kebaikan dan beramal shalih sangat banyak. Dan siapa, di dunianya, lebih dahulu dalam kebaikan maka di akhriatpun akan menjadi orang yang lebih dahulu masuk surga. Dan orang-orang yang lebih dahulu dalam amal ketaatan akan memiliki kedudukan yang lebih tinggi.Pada ringkasnya bahwa dalam amal ketaatan, kebaikan dan ibadah harus saling berlomba untuk menjadi terbaik dan mendapatkan pahala terbesar. Tidak ada itsar (mendahulukan yang lain) dalam hal itu. Itsar hanya berlaku dalam urusan duniawi. Wallahu a’lam bil-shawab . .
Di dalam al-Qur’an, Allah Swt. telah berjanji untuk menggandakan nilai perbuatan setiap hamba yang berbuat baik. Di antara ayat-ayat Allah yang menjelaskan hal ini adalah, “Siapa yang melakukan amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan siapa yang melakukan amal yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedangkan mereka sediktpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-an’am [6]: 160)
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal saleh. Di samping sebagi bekal kita kelak di akhirat, juga menjadi media untuk mewujudkan keharmonisan antar kita dan membendung ‘teritorial’ akidah dari goncangan-goncangan yang berbahaya. Allah Swt. berfirman, “...Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) kebaiakan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 148).



MENYANTUNI KAUM DHUAFA.


Sebagai, umat muslim kita harus saling berbagi dengan saudara kita yang kurang beruntung karena, itu adalah salah satu perintah Allah. Banyak hadist-hadist yang memperjelas tentang sedekah terhadap kaum duafa dan manfaatnya.

Menyantuni kaum dhuafa bisa membuka pintu rezeki kita yang terhalang. Salah satu sebab ialah doa kaum dhuafa sangatlah manjur. Tindakan baik yang kita tujukan kepada mereka akan berbalas doa yang terijabahi.
Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra. Ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Carilah aku melalui orang-orang lemah kalian, karena sesunguhnya kalian akan diberi rezeki dan ditolong sebab (berkat) orang-orang dhuafa.” (HR. Turmudzi, Nasai dan Abu Daud).

“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai terdapat seratus biji, Allah akan melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.”QS Al-Baqarah Ayat 261.

Islam telah mendorong pemeluknya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada. Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang berbudi dan berakhlak mulia. Suatu ketika Saib bin Abdulloh rodhiyallohu ‘anhu datang kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya :

“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” [HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud, Al-Albani : 4836]

“Sedekah itu tidak akan menyebabkan sesuatu pada harta, kecuali hanya akan memperbanyaknya. Karena itu, bersedekahlah kamu sekalian, pasti Allah akan mencurahkan rahmat-Nya” HR.Ibnu Majah . Oleh karena itu banyak-banyaklah bersedekah terhadap kaum dhuafa.

Created  by :
Denade Mawlidya Putri (07)
XI.IPA 2


2 komentar:

  1. Menurut saya artikel itu sudah cukup baik bahasa yang digunakan pun cukup komunikat5if dan tidak berbelit balit. Mengenai isi sudah cukup bagus dan saya sependapat dengan isi artikel tersebut.

    Dini L
    XI A 5

    BalasHapus
  2. Seperti yang tertulis dalam artikel "Menyantuni kaum dhuafa bisa membuka pintu rezeki kita yang terhalang.Salah satu sebab ialah doa kaum dhuafa sangatlah manjur.".
    Saya jadi ingin bertanya apakah pintu rezeki kita dapat terbuka itu karena doa dari para kaum dhuafa saja sebabnya?
    Seandainya orang yang kita beri itu sebenarnya bukan orang dhuafa,apakah doanya tetap manjur?
    Yang seperti kita ketahui,di zaman sekarang banyak sekali orang yang melakukan penipuan dengan berkedok sebagai kaum dhuafa padahal sebenarnya ia orang yang berkecukupan.
    Saya juga ingin menambahkan bahwa anda harus lebih jeli lagi dan cermat dalam menulis sebuah artikel.Karena ada satu paragraf yang menurut saya harus diperbaiki.
    Paragrafnya yang ini:
    “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman.
    Ini adalah paragraf kedua dari bawah.
    Saya tahu kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan ada pada kita sebagai hamba-Nya.
    Tapi,kita bisa mengoreksi kekurangan apa yang ada pada diri kita dan lalu kita memperbaikinya sebaik mungkin.
    Terima kasih.

    Riana Yunita XI IPA 5 (24)

    BalasHapus