Kamis, 30 September 2010

Try Ahmad Mirza IPA1

Berlomba-lomba Dalam Kebaikan

فَاسْتَبِقُوْالْخَيْرَاتِ
Arti dari penggalan ayat diatas adalah berlomba-lomba dalam kebaikan. Meskipun hanya terdiri dari beberapa kata tetapi sebuah kalimat ini mempunyai arti yang sangat luas. Kebaikan adalah sesuatu yang dilakukan oleh seluruh umat manusia untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tentu kebaikan harus dilakukan dengan keikhlasan dari hati dan kesungguhan dalam niat agar kita mendapatkan hasil yang maksimal dari kebaikan yang telah kita perbuat tersebut. Kebaikan dapat dilakukan dengan mambantu orang kesusahan, member kenyamanan kepada orang lain dll yang termasuk perbuatan yang mulia.

Berlomba-lomba dalam kebaikan sangat penting untuk kehidupan kita. Jika kita selalu berbuat kebaikan dalam hidup kita maka kita akan disenangi oleh orang lain dan mempunyai banyak teman. Di samping kita mempunyai banyak teman, kita pun mendapat pahala dari Allah SWT dan pahala tersebut akan menjadi bekal kita dalam kehidupan selanjutnya yaitu kehidupan di akhirat. Hidup kita yang singkat ini harus kita isi dengan berbuat kebaikan karena hanya kebaikan dan amal sholeh yang dapat menolong kita nanti dalam menghadapi hisab Allah SWT.

Kebaikan terbagi dua yaitu kebaikan terhadap manusia dan kebaikan terhadap Allah SWT. Kebaikan kepada manusia dapat berupa shodaqoh kepada orang yang membutuhkan dan sedang mengalami kesulitan. Bersikap ramah dan membuat orang nyaman berada di dekat kitapun merupakan kebaikan. Kebaikan tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak melakukannya dengan perasaan tulus dan ikhlas, karena tanpa keduanya kebaikan hanyalah perbuatan biasa yang tidak disertai pahala dari Allah SWT.
Kebaikan yang kedua yaitu kebaikan kepada Allah SWT. Kebaikan kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan cara beribadah dengan khusyu. Contohnya yaitu solat, solat adalah tiang agama islam dan jika kita tidak melaksanakannya maka kita merobohkan agama kita sendiri. Oleh karena itu, semua kebaikan harus dilakukan dengan hati ikhlas dan niat yang sungguh-sungguh agar hidup kita menjadi damai dan selalu disertai karunia dari Allah SWT.
Menyantuni Kaum Duafa

Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa barang siapa yang menyantuni anak yatim akan bersamanya di surga bagaikan jari telunjuk dan jari tengah. Dari pernyataan yang di ucapkan beliau, bisa diambil kesimpulan yaitu menyantuni kaum duafa dan fakir miskin adalah suatu kewajiban. Mengapa Nabi Muhammad Saw menyuruh kita untuk menyantuni mereka? Karena beliau selama hidupnya tidak pernah meninggalkan anak yatim dan beliau pun hidup bersama anak yatim.

Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu gunakan.

Harta yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima hendaklah harta yang baik-baik dan masih disukai, dan jangan memberikan harta atau sesuatu yang kita sendiri sudah tidak menyukainya. Dalam memberikan bantuan kepada fakir mikin sesungguhnya yang dibutuhkan tidak sekedar materi saja, tetapi juga perhatian dan hubungan persaudaraan sesama muslim.
Dalam membelanjakan harta seorang muslim harus sesuai dengan kemampuan dan tidak boleh bersifat boros. Boros dalam pandangan islam sangat dilarang yang dianjurkan adalah pada posisi yang pas yaitu ditengah-tengah antara tidak boros juga tidak bakhil.

3 komentar:

  1. chandra aji XI IPA 5
    PERTAMAX!!!!
    mantaf gan
    penjelasannya dah jelas, tapi kok ga ada ayat*nya? maksudnya kan supaya jelas sumber paling referensi yang paling bisa dipercaya kan cuma Qur'an dan hadist. jadi biar ga ada yang ragu ajah gituh.

    BalasHapus
  2. adit 11 ipa 5
    iya ja, setuju sama candra, klo ditambah ayat sm hadist lebih pasti jdinya.
    tpi uda bagus ko.

    BalasHapus
  3. Leda Devani Putri (13)
    XI.A.5

    buat caca sama adit :
    di artikel ini ada ko ayatnya-berada pada bagian awal-namun sayangnya sangat ngirit sekali. Buat mirza : tambahin referensinya dari ayat Al-Qur'an maupun hadist sehingga para pembaca dapat yakin dan bisa memastikannya. namun untuk penjelasan sudah baik.

    BalasHapus