Kamis, 30 September 2010

Shifa Manaruliesya A IPA2

A. Perintah Berkompetisi dalam Kebaikan

Di dalam Alquran baik atau kebaikan menggunakan kata ihsan birr dan ishlah. Ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang karena merasakan kehadiran Allah dalam dirinya atau dia merasa diawasi oleh Allah SWT yang membuatnya tidak berani menyimpang dari segala ketentuan-Nya. Bila kita kaji ayat-ayat tentang kata al-birr (QS 2: 177, QS 4: 125) maka akan didapat kesimpulan bahwa kebaikan itu (menurut Mahmud Syaltut) dibagi menjadi tiga, yakni dalam aqidah, amal, dan dalam akhlak. Istilah ‘ishlah’ (berlaku baik) digunakan dalam kaitan hubungan antara sesama manusia. Ishlah merupakan kewajiban umat Islam.
Di dalam Al Quran Allah SWT menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemuliaan manusia tidak terletak pada fisiknya, namun pada iman dan amal salehnya. Semakin banyak perbuatan baik yang dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT. Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah (QS 2:148).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan semangat beramal diantaranya memiliki niat yang ikhlas, rasa cinta pada kebaikan, merasa beruntung jika melakukan kebaikan, merasa rugi bila meninggalkan kebaikan, meneladani generasi yang baik, dan memahami ilmu kebaikan.
Niat yang ikhlas karena Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun. Orang yang ikhlas tidak akan bertambah semangat hanya karena dipuji dan tidak akan melemah karena dicela. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik. Diantaranya selalu disertai dan dicintai oleh Allah SWT, menambah kenikmatan untuk, memperoleh rahmat Allah, memperoleh pahala yang tidak disia-siakan Allah SWT, dan dimasukkan ke dalam surge.




B. Perintah Menyantuni Kaum Duafa

Surah Al-Isra ayat 26-27 dan Surah Al Baqarah ayat 177 merupakan ayat-ayat yang membahas tentang menyantuni kaum duafa. Kaum duafa artinya orang yang lemah (bahasa Arab) atau orang yang tidak punya apa-apa. Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa. Bagi muslim saling memberi merupakan kewajiban, sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Yang diberi tidak harus uang dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu. Menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari api neraka.
Islam memerintahkan untuk memelihara anak yatim, memuliakannya, tidak boleh berlaku sewenang-wenang, menjaga hartanya (kalau ada) sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya.
Definisi orang yang miskin dalam islam adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain. Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi pendusta agama saat tidak menganjurkan untuk memberinya makan. Dan orang seperti inilah yang berhak terhadap zakat dan bagian dalam harta fa’i.
Meminta-minta di dalam Islam sangatlah tidak dianjurkan karena banyaknya keburukan yang didapat dari meminta. Ketika meminta-minta, orang akan kehilangan keberkahan harta. Dan sesuai konteks, meminta untuk menyelamatkan diri dari kondisi kepepet maka secukupnya untuk menutupi kekurangan yang ada, tidak boleh untuk memperkaya diri. Untuk itu, dalam kondisi yang melarat pun umat Islam harus tetap berusaha mandiri dengan jalan halal. Keringanan dengan jalan meminta-minta ini hanya diperbolehkan karena tiga sebab, yaitu seseorang yang menanggung beban yang amat berat, seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, dan seorang yang sangat miskin.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum wr.wb.
    Menurut saya,artikel ini terlalu banyak yang membuatnya.
    Setelah saya membaca dari beberapa orang,saya telah menemukan 3 artikel yang mirip dengan isi dari artikel ini.
    Artikel ini memang bagus dan tepat sesuai dengan judulnya.
    Tetapi karena banyak artikel yang sama,saya merasa tidak ada keistimewaan tersendiri dari membaca artikel ini.
    Saya hanya mendapatkan pengetahuan dari sudut pandang yang sama sehingga pengetahuan yang saya dapatkan tentang berlomba dalam kebaikan tidak terlalu berkembang.
    Mohon maaf atas kata-kata yang kurang berkenan ini. ^_^
    Sekali lagi saya mohon maaf. (nunduk 90 derajat)
    Wassalamualaikum wr.wb.

    Riana Yunita XI IPA 5 (24)

    BalasHapus