Rabu, 29 September 2010

Anis Labibah IPA3

Kegigihan sahabat Rasulullah dalam berbuat kebaikan

Contoh sikap berlomba-lomba dalam kebaikan yang berasal dari kisah sahabat Rasulullah

Alkisah terdapat orang-orang fakir dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang merasa tidak dapat untuk memperbanyak amal karena mereka tidak mempunyai kelebihan harta untuk disedekahkan seperti saudara-saudara mereka yang kaya raya. Padahal mereka seringkali mendengar ayat atau hadits tentang keutamaan beramal dan menjanjikan surga yang sangat luas untuk balasan dari beramal tersebut. Hal ini menimbulkan orang-orang fakir tersebut berharap mereka dapat seperti saudara-saudara mereka yang kaya raya, bukan karena dengki melainkan karena mereka juga ingin bersedekah dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Karena besarnya keinginan mereka untuk bersedekah akhirnya mereka mendatangi Rasulullah SAW. Lalu mereka bertanya pada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, orang kaya telah mendapatkan pahala yang banyak, sedangkan kami tidak. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa. Tidak ada kelebihan sama sekali dalam hal ini. Akan tetapi, mereka lebih dari kami karena mereka bisa berinfak dengan kelebihan hartanya, sedangkan kami tidak memiliki apapun untuk kami infakkan untuk menyusul mereka. Padahal, kami benar-benar ingin bisa mencapai kedudukan mereka. Apa yang perlu kami perbuat?”

Mendengar keinginan kaumnya yang sangat kuat itu, Rasulullah bersabda :

أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا

“Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa-apa yang bisa kalian sedekahkan?; Sesungguhnya setiap tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu akbar) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallah) adalah sedekah, menyeru kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari yang munkar adalah sedekah, dan bersetubuh dengan istri juga sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jika di antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat pahala?” Beliau menjawab, “Bukankah jika ia menyalurkannya pada yang haram akan mendapat dosa? Maka demikian pula jika ia menyalurkannya pada tempat yang halal, ia akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)

Orang-orang kaya yang mendengar keutamaan dari berdzikir pun ikut mengamalkannya. Karenanya, orang-orang fakir datang kembali menemui Rasulullah SAW dan mengatakan bahwa orang-orang kaya telah melakukan apa yang di nasihati Rasulullah SAW. Subhanallah, begitu luar biasa keadaan para sahabat Rasulullah SAW, maka pantaslah jika Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan memberikan jaminan keridlaan dan kedudukan mulia di sisi-Nya. Mereka adalah orang sangat kuat semangatnya dan sangat besar keinginannya untuk beramal shalih dan mengerjakan kebaikan. Karenanya, jika ada kebaikan yang tidak bisa mereka kerjakan maka mereka bersedih. Terlebih bila saudara mereka yang lain mampu mengerjakannya. Sebagaimana kesedihan para fakir mereka yang tidak bisa bersedekah dengan harta dan tertinggal dari ikut jihad karena kemiskinan mereka.




Menyantuni Anak Yatim

Setiap 10 Muharam atau yang dikenal Asyura, Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk berpuasa, karena hari tersebut merupakan salah satu hari yang dimuliakan oleh Allah SWT. Anjuran Rasulullah saw tersebut sering dipandang sebagai wujud penghormatan kepada hari kemerdekaan kaum lemah/dhuafa, khususnya anak yatim. Karena itu, dalam tradisi umat Islam Indonesia , Asyura sering pula disebut sebagai hari raya anak yatim. Karena ketidakmampuan mereka secara fisik dan sosial inilah maka umat Islam sangat dianjurkan untuk menyantuni dan memberdayakan mereka agar kelak mampu dalam menghadapi kehidupan dunia ini. Hal seperti ini adalah wajib bagi umat Islam secara keseluruhan, dan bukan terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik saja tetapi juga yang menyangkut psikis

Anjuran membela dan menyantuni anak yatim tampak lewat berbagai hadis Rasulullah saw. ”Sering-seringlah mengusap kepala anak yatim,” kata Nabi yang dijadikan yatim oleh Allah SWT. ”Hiasilah rumahmu dengan (memelihara) anak yatim.” Dalam menyantuni anak yatim, terutama mereka yang memiliki harta haruslah dengan penuh tanggung jawab dan profesional. “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS An Nisaa’: 10). Juga, “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa” (QS Al An’aam: 152). Kendati demikian Alquran juga membolehkan wali miskin memakan harta anak yatim dan tidak membolehkan wali kaya memakannya. Adapun dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan masalah ini. Pada suatu hari datang seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: ”Ya, Rasulullah, aku ini orang miskin, tapi aku memelihara anak yatim dan hartanya, bolehkah aku makan dari harta anak yatim itu?” Rasulullah SAW menjawab, ”Makanlah dari harta anak yatim sekadar kewajaran, jangan berlebih-lebihan, jangan memubazirkan, jangan hartamu dicampurkan dengan harta anak yatim itu,” (HR Abu Dawud, an Nasa’i, Ahmad, dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar bin Khattab). Berkaca dari pesan Alquran dan Sunah Rasul tersebut, dalam situasi krisis berkepanjang seperti ini, maka menyantuni anak yatim merupakan perbuatan sangat terpuji. Semua itu kita lakukan agar kita terhindar dari ancaman Alquran sebagai pendusta agama

3 komentar:

  1. Nuril Adila Kelas XI IPA 5:
    Berbagai macam cara dalam berlomba-lomba meraih pahala yg banyak dari Allah SWT, selain dengan memberikan sedekah kepada fakir dan miskin, salah satu cara lainnya adalah apa yang ada dalam artikel ini, yaitu menyantuni anak yatim, dalam artikel ini pun dituliskan cara menjaga harta anak yatim dan akibat jika memakan harta anak yatim yang bersumber dari hadits Nabi Muhammad SAW.
    Artikel ini memberikan informasi yang baik. Namun sepertinya poin-poinnya kurang dilengkapi lagi 
    Terima kasih.

    BalasHapus
  2. Aini Damayanti Kelas XI ipa 5
    paling suka artikel tantang menyantuni anak yatim,karena anak2 yatim itu sangat membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan hak2 mereka sebagai anak yang mungkin tidak terpenuhi karena mereka sudah yatim ataupun piatu apa lagi kalau mereka berasal dari latar belakang kluarga yang kurang mampu. saran nih nis, kalo lebih banyak penjelasannya dan penjabarannya pasti bagus deh.

    BalasHapus
  3. arini kalamal 11 ipa 5
    artikelnya udah lumayan bagus, apalagi yang tentang kaum muhajirin dan anshar itu. Amanatnya dapet banget. trus yang yatim piatu itujuga udah lumayan bagus.

    BalasHapus