Selasa, 28 September 2010

Ayu F IPA 1

Menyantuni Kaum Duafa


Kaum duafa adalah kaum (orang) yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya maupun keluarganya. Fakir miskin juga termasuk kaum duafa. Allah sangat menganjurkan kita untuk bisa saling membantu, salah satunya yaitu dengan menyantuni orang yang tidak mampu dan memang membutuhkan. Hal tersebut tertera dalam surah Al-Isra ayat 26.
Tidak setiap makhluk ditakdirkan oleh Allah dalam keadaan berkecukupan, hal ini dimaksudkan agar kita dapat mensyukuri segala sesuatu yang telah kita miliki karena dibawah kita masih banyak yang harus mengemis-ngemis hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, dan agar kita tidak sombong akan kelebihan yang kita miliki karena diatas kita masih banyak orang yang memiliki kelebihan dalam harta maupun kemampuan
Dengan menyantuni kaum duafa kita dapat mengambil banyak pelajaran dan manfaat, yaitu:
• menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama
• mensyukuri nikmat yang telah kita peroleh
• mensucikan harta yang kita miliki
Akan tetapi tidak hanya kita saja yang merasakan manfaat dari hal tersebut, selain kita yang mendapat pahala, orang yang kita santunipun akan mendapat pertolongan dan keringanan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada hal yang perlu diperhatikan ketika kita hendak menyantuni kaum duafa, seperti:
• diniatkan untuk mendapat ridha dari Allah SWT
• tidak mengabarkan tentang amalan kita tersebut kepada orang lain
• tidak menyakiti hati orang yang mendapat santunan dari kita
Dengan memperhatikan hal-hal diatas insya Allah amalan kebaikan kita yaitu menyantuni saudara-saudara kita yang membutuhkan akan diterima oleh Allah.







Berlomba-lomba Dalam Kebaikan Dalam Rangka Mendapat Ridha Allah

Kabaikan sama artinya dengan kebajikan, dalam bahasa arab kebajikan diartikan dengan ihsan, sedangkan Di dalam Alquran baik atau kebaikan menggunakan kata ihsan birr dan ishlah. Dari salah satu hadits Nabi mengenai pengertian kebajikan adalah sebagai berikut:
Dari Nawwas bin Sam’an al-Anshari r.a katanya: ”Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang erti kebajikan dan dosa. Sabda baginda: ”Kebajikan itu ialah budi pekerti yang indah. Sedangkan dosa adalah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, padahal engkau sendiri segan sekiranya perbuatanmu itu diketahui oleh orang lain.”(Riwayat Muslim)
Dari hadits diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kebajikan merupakan hal yang terpuji, yang disukai semua makhluk maupun oleh Allah SWT. Maka dari itu tidak heran bahwa Allah telah berfirman dalam Al-qur’an agar kita sebagai hambanya saling berlomba-lomba dalam kebaikan (kebajikan) . menurut Mahmud Syaltut dalam tafsirnya membaginya kebajikan (birr) menjadi tiga macam, yaitu dalam beriman, beramal, dan akhlak.
Sesuai dengan firmanNya dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yang menyebutkan bahwa kebajikan adalah saat seseorang beriman kepada Allah, hari kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabiNya. Hal tersebut menjadi dasar dari kebaikan dalam beriman. Seorang muslim wajib mengimani Allah dalam berbagai hal, seperti mengimani akan keberadaanNya, sifat-sifatNya maupun kuasaNya.
Dalam surah Al-‘Asr juga disebutkan bahwa manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Kebajikan yang kedua adalah dalam beramal. Niat harus diperhatikan saat kita akan beramal karena niat merupakan dasar dari amal kita, niat yang ikhlas karena Allah akan membuahkan hasil yang baik, selain mendapatkan pahala, kita juga akan mendapatkan kebaikan dari amal kita tersebut. Contoh kebajikan dalam beramal seperti memberikan harta yg dicintai kepada kerabat dekat, anak-anak yatim, orang miskin, musafir dan orang-orang yg meminta-minta, serta mendirikan salat dan menunaikan zakat (QS.Al-Baqarah:177).
Yang terakhir adalah kebajikan dalam berakhlak. Kita sebagai umat Muhammad telah memiliki teladan dalam bersikap dan berakhlak yang sempurna yaitu Rasulullah SAW (QS.Al-Ahzab:21). Oleh karena itu islam sangat menjunjung kemulian akhlak dan keindahan budi pekerti. Contoh kebajikan dalam berakhlak adalah, orang-orang yg menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yg sabar dalam kesempitan penderitaan dan dalam peperangan (QS.Al-Baqarah:177).
Dalam uraian diatas kita dapat mengambil hikmah bahwa berlomba-lomba dalam kebajikan tidak hanya dalam amalan shaleh saja tetapi bisa dalam beriman maupun berakhlak.

1 komentar:

  1. sebagai umat muslim kita harus menyantuni kaum duafa. Allah sangat menganjurkan kita untuk bisa saling membantu, salah satunya yaitu dengan menyantuni orang yang tidak mampu dan memang membutuhkan.Dengan menyantuni kaum duafa kita dapat mengambil banyak pelajaran dan manfaat bagi kehidupan kita didunia dan di akhirat...

    BalasHapus