Sabtu, 25 September 2010

EGI NURUL IPA1

EGI NURUL IPA1
Berlomba lomba dalam kebaikan
                        Kebaikan berasal dari kata “baik” yang artinya segala sesuatu yang dianggap benar dan membawa keberkahan dalam kehidupan bermasyarakat maupun mendapatkan kenikmatan dari  Tuhan Yang Maha Esa.
Hal  yang patut oleh semua umat beragama khususnya umat muslim adalah berlomba-lomba dalam beramal saleh dan kebaikan. Sesuai dengan QS. AL Baqarah ayat 148 yang artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yg ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dengan cara mengingatkan masyarakat akan pentingnya mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dalam kehidupan, yaitu dengan tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis yang dapat menghilangkan nyawa. Langkah ini penting untuk kita tindaklanjuti sebagai upaya antisipasi agar kondisi yang semakin carut-marut itu tidak menjadi lebih parah, apalagi sampai menjadi fitnah agama yang sangat membahayakan.
Bertindak secara bijaksana dan memperbanyak amal saleh sebagai salah satu antisipasi yang dapat dilakukan dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing. Yang terpenting adalah, adanya wujud kesadaran dan kepedulian yang setara antar sesama muslim sehingga tidak terjadi ketimpangan dan keganjalan.
Agar terciptanya kondisi yang kondusif, maka yang terpenting saat ini adalah mensosialisasikan pesan moral yang termaktub dalam surat Al-‘Ashr. Allah Swt. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman da mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati agar mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati agar selalu bersabar.“
Berdasarkan ayat di atas, ada tiga hal penting dan tak pelak lagi harus dilakukan oleh manusia, yaitu berpegang teguh pada keimanan, memperbanyak amal saleh, nasehat-menasehati agar tetap selalu dalam kebenaran dan kesabaran.
Evaluasi diri sudah seharusnya kita lakukan untuk hal-hal yang sebetulnya butuh perbaikan dan peningkatan. Sudah saatnya bagi kita untuk tidak lagi memanjakan lahiriah kita, dengan memberikan kepuasan tanpa batas terhadap hawa nafsu, membiarkan indera mata dengan tontonan yang tidak mendidik, telinga dan mulut dari mendengarkan dan berkata sia-sia dan segala hal yang lebih banyak melalaikan kita dalam usaha memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia.
Dengan berlomba-lomba melakukan amal saleh berarti kita telah ikut mencegah fitnah besar yang merongrongi umat Islam, bahkan mengancam akidah mereka. Dan ini merupakan gaung yang memiliki andil yang sangat besar dalam kehidupan dan kebahagian umat Islam.
Beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW, seperti Abu Bakar As-Siddiq, Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf adalah orang-orang kaya. Harta yang dimiliki oleh para sahabat nabi itu diperoleh dari bekerja dengan cara yang benar, halal, tidak unsur penipuan, pembohongan, dan sebagainya. Kemudian harta yang mereka miliki bukan untuk disombongkan, tidak untuk dipamerkan tetapi dinafkahkan di jalan Allah, misalnya untuk ibadah, untuk menyantuni kaum duafa dan mendukung perjuangan dan dakwah islam. Pengabdiannya kepada Allah tidak terpengaruh sekali oleh hartanya. Karena itu, biarpun mereka kaya, mereka tetap hidup dalam keadaan zuhud.
Menyantuni Kaum Duafa
                        Kaum dhuafa’ terdiri dari orang-orang yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang cacat. Kaum dhuafa’ ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik. Para dhuafa’ setiap hari berjuang melawan kemiskinan.

                        Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1). Memuliakannya (2). Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4).

Untuk fakir miskin, kita harus menganjurkan orang untuk memberi makan. Kalau tidak, bahaya, cap kita adalah pendusta agama (5) . Fakir miskin juga termasuk kedalam golongan yang berhak menerima zakat pun harta rampasan perang dari umat muslim (6).

Perlu ditekankan, bahwa defenisi Islam untuk orang yang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak pernah berfikir untuk diberi sedekah dan tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (7) . Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi pendusta agama saat tidak menganjurkan untuk memberinya makan. Dan orang seperti inilah yang berhak terhadap zakat dan bagian dalam harta fa’i.

                        Menyantuni kaum dhuafa’ adalah kewajiban setiap umat islam dengan berzakat  yaitu :

1.                    Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.

2.                    Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti 'harta'.

3.                    Zakat Profesi. Yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.


                        Adapun cara lain yang dilakukan umat islama yang berkelebihan harta seperti :

-           Sedekah
-           Infaq
-           Bakti sosial
-           dll

Apapun namanya yang bertujuan meringankan beban orang lain yang membutuhkan , yang kurang beruntung daripada kita .

Manfaat  menyantuni kaum dhuafa’ yaitu :

a.                Mendapat pahala
b.                Membantu orang yang membutuhkan
c.                 Membersihkan harta
d.                terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak.
Firman Allah dalam surah An-Nisaa’:37,  Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyempurnakan karunia-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir [1] siksa yang menghinakan. “ [1]Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.  
Petikan kisah dari Ustadz Yusuf Mansyur  tentang pengalamanya dalam bersedekah  .
“kalau anda ingin kaya, bersedekahlah ! “
Siapa sangka ustad yusuf mansyur yang sangat terkenal itu, dulunya pernah menjalani masa-masa yang sulit dan mungkin sangat jauh dari arti kesuksesan.

Pernah di suatu acara pengajian ada seorang pengusaha muda yang sudah bangkrut dan semua asetnya terancam hilang disita bank. Pengusaha ini datang ke ustad yusuf mansyur dan dengan wajah sedih dan memelas meminta nasehat kepada sang ustad. Kemudian apa yang dikatakan sang ustad?

“baiklah bapak saya sudah tahu permasalahan bapak yang dicertakan dari awal sampai akhir. Namun saya tany satu hal saja, bersediakah bapak bersedekah?”. Lalu pengusaha itu menjawab” saya bersedia ustad untuk bersedekah namun apa yang bisa saya sedekahkan ustad semua harta benda saya sudah habis dan terancam di sita oleh bank untuk melunasi hutang-hutang perusahaan saya”

Sang ustad bertanya lagi “ apakah benar bapak sudah tidak ada lagi yang bisa disedekahkan?”

Dengan sedikit ragu dan berpikir si pengusaha tadi menjawab “ oh ya ustad saya masih punya bebrapa puluh dollar disaku saya, itupun hanya untuk jaga-jaga”

Sang ustad bertanya lagi “ baiklah kalau memang itu yang bapak punya, sedekahkan saja dollar itu tetapi dengan syarart harus ikhlas”

Akhirnya si pengusaha tadi bersedekah dengan uang dia miliki tsb. Sebelum dia beranjak dari tempat pengajian tersebut, tiba-tiba si pengusaha tadi seperti teringat sesuatu kemudian berkata kepada sang ustad” oh ya ustad saya masih mempunyai satu rumah yang saya tempati apakah itu bisa saya sedekahkan?”

Sang ustad sepertinya berpikir sejenak dan untuk memastikan kesungguhan si pengusaha tadi ia bertanya lagi” apakah benar rumahmu akan disedekahkan?’.

Si pengusaha tadi dengan yakin dan mantap mengatakan “ benar ustad saya sudah mantap untuk bersedekah”

Melihat kesungguhan hati pengusaha itu akhirnya sang ustad memberikan nasehatnya” baiklah kalau itu sudah menjadi kesungguhan hati bapak, begini saja. Rumah itu bapak jual dan hasil penjualannya separo bapak sedekahkan sedangkan yang separo lagi untuk bapak beli rumah lagi yang lebih kecil dan untuk biaya hidup yang lain”

Singkat cerita berkat sedekahnya yang tulus itu akhirnya doa pengusaha ini terkabul dan tanpa disangka-sangka dia mendapatkan proyek yang dapat menutup semua hutang-hutangnya sebelumnya.

Sungguh suatu keajaiban sedekah begitu nyata bagi mereka yang meyakini. Kalau kita percaya keajaiban, keajaiban itu pasti akan datang kepada kita walaupun kelihatannya tidak mungkin menjadi mungkin.

Sang ustad memang seorang yang telah mengalami sendiri begitu banyak manfaat dari sedekah. Dan dia percaya bahwa dengan sedekah kita akan meraih lebih banyak kesuksesan. Begitu prinsip ustad yang pernah dipenjara dan memulai usahanya dari nol itu.

Bahkan ustad ini pertama kali menulis buku nya yang best seller dari balik jeruji (karena tersangkut masala hutang piutang). Pada saat itu sang ustad ini meminta secarik kertas dan pulpen kepada petugas penjara. Bahkan oleh si penjaga dia diejek” Mau nulis surat cinta Ya? Mana ada cewek yang mau sama kamu seorang napi gitu?”

Namun dengan bekal semangat pantang menyerah dan dia percaya kepada keajaiban akhirnya dia berhasil menyelesaikan buku pertamanya dg judul “menemukan Tuhan”(sorry kalau ada kesalahan judul) yang akhirnya jadi best seller tersebut.

Setelah lepas dari pejara akhirnya sang ustad menikah dengan seorang gadis begitu lugu dan jujur yang tidak mau tahu asal usul sang ustad yang nota bene bekas narapidana itu.

Mulailah kehidupan sang ustad sebagai penjual mie ayam dipinggir jalan. Bahkan setiap selesai berjualan mie ayam sore harinya separo dari penghasilannya dia sedekahkan. ( Sungguh sesuatu yang luar biasa pak ustad semoga kita bisa menirunya). Begitu terus menerus dia merintis usaha dengan sedekah sebagai bagian yang tidak pernah ia tinggalkan.

Sampai akhirnya sukses dan menjadi penceramah yang terkenal. Bahkan si pemilik warung makan padang yang biasa dia kirim ayam pernah berkata sama anak buahnya” Itu kan si Ucup yang sering ngaterin ayam ke warung kita?” wah sudah jadi orang terkenal ia sekarang, bisa masuk TV”
Begitulah perjuangan ustad yusuf mansyur melalui sedekah dan memang membuat keajaiban dalam hidupnya dan hidup banyak jemaah yang dibimbingnya.

Kalau anda ingin sukses dan bahagia berbagilah dengan mereka yang tidak mampu, bersedekahlah semampu anda dan ikhlashlah.


1 komentar:

  1. seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hal yang patut oleh semua umat beragama khususnya umat muslim adalah berlomba-lomba dalam beramal saleh dan kebaikan, karena kita semua hidup di dunia ini adalah untuk berlomba-lomba dalam mencari bekal untuk di akhirat kelak...

    BalasHapus