Jumat, 24 September 2010

Ferisa Anis Danessvaran | XI IPA 2

Ferisa Anis Danessvaran | XI IPA 2 | 13 | Artikel Berlomba Dalam Berbuat Kebaikan dan Menyantuni Kaum Dhuafa

Berlomba Dalam Berbuat Kebaikan
Bersaing, kompetisi, berlomba adalah merupakan sunnatullah yang tidak saja diberlakukan bagi segenap umat manusia tapi untuk semua makhluk.
Hanya sebagaimana yang  selalu terjadi perlombaan diantara manusia ada yang sehat atau fair dan ada pula persaingan yang tidak sehat alias curang. Perlombaan yang diikuti yang tidak sehat dan curang cenderung menghalalkan segala cara. Kalau toh menang perlombaan yang dilakukan dengan penuh kecurangan tidak akan membuahkan kebaikan bagi pelaku maupun orang lain. Lain halnya kalau perlombaan yang dilakukan dengan fair dan jujur hasilnya pun akan membuahkan banyak kebaikan dan enak untuk ditonton. dan semua orang cenderung menyukainya. Karena perlombaaan adalah suatu sunnatullah, tentu mudah dipahami apabila Allah SWT  memerintahkan agar  manusia berlomba. Setidaknya dalam Alquran ada dua perintah agar  manusia berlomba/bersaing. Pertama : berlomba dalam berbuat kebaikan dan kedua : berlomba dalam meraih ampunan-Nya.
Perintah untuk berlomba tersebut terangkum dalam firman Allah dalam Alquran surat Albaqarah ayat 148 yang artinya  : Maka berlomba lombalah kamu dalam berbuat kebaikan dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Perintah yang sama juga tercantum dalam surat Al Maidah ayat 48 artinya sebagai berikut : Berlomba lombalah kamu dalam meraih ampunan dari Tuhan-mu  dan surga yang seluas bumi dan langit disediakan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasulnya. Tentunya kedua jenis lomba yang digelar oleh Sang Maha Pencipta, yakni lomba untuk berbuat kebaikan dan lomba untuk memperoleh ampunan harus  dan mesti diikuti oleh semua hamba-Nya, karena yang menyediakan hadiah adalah pencipta alam semesta ini dan sekaligus bertindak sebagai juri yang paling baik (khairul hakimiin).
Mumpung masih ada usia marilah kita manfaatkan waktu yang ada untuk berlomba dan bersaing untuk berbuat kebaikan dan meraih ampunan Allah Swt sebelum mencapai garis finish yakni kematian yang pasti akan menemui kita. 

·        Menyantuni Kaum Dhuafa
Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama,.
Ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu gunakan.
Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan hartanya untuk berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu membantu kaum dufa itu, bukan saja yang berarti duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti asuahan, membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai pendidikannya sampai tingkat SMA, dan keluarga dekat serta orang yang sedang perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27.
Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1). Memuliakannya (2). Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4).

2 komentar:

  1. Fernita IPA5 : Artikel yang disajikan sudah bagus, hanya alangkah lebih baik jika hadist-hadist dan penggolongannya lebih dipoinkan :)
    makasih

    BalasHapus
  2. Nuril Adila Kelas XI IPA 5
    Artikelnya sudah bagus namun penjelasannya kurang dititikkan, namun semua sudah dapat dipahami, dan dalam artikel ini tidak terdapat potongan-potongan ayat dalam surat yang disebutkan di atas, alangkah lebih baiknya jika potongan ayat tersebut tertera disana, karena kita juga dapat memahami ayat tersebut dan bisa juga menjadi sarana belajar bahas arab 
    Terima Kasih.

    BalasHapus