Selasa, 28 September 2010

Lita Damayanti XI IPA 7

Rasulullah Saw bersabda, “Bersegeralah kamu beramal saleh, karena akan datang
(terjadi) fitnah-fitnah seperti serpihan malam gulita, di mana seseorang pada
pagi hari beriman, namun sore harinya kafir, sore hari beriman pada pagi harinya
kafir. Ia rela menjual agamanya dengan harta benda dunianya.”

Adalah menjadi perhatian penting bagi kita untuk merenungkan dan menangkap pesan
Rasulullah Saw. yang termaktub dalam hadits di atas, tentang fitnah besar yang
akan terjadi dan bakal menggoncang kehidupan manusia. Karena begitu dahsyatnya
goncangan fitnah itu, sampai menyentuh “teritorial” keimanan. Bahkan
divisualisasikan seorang mukmin akan dapat berubah ideologi agamanya dalam
sehari, pagi beriman sore hari kafir, sore hari beriman pagi hari menjadi kafir.
Agaknya goncangan-goncangan itu mulai tampak tanda-tandanya dalam kehidupan kita
dewasa ini, walaupun belum begitu menyentuh substansi yang dimaksud, atau bahkan
mungkin sudah.

Memperhatikan pesan Rasulullah Saw. melalui hadits di atas, langkah yang patut
dilakukan pada saat kondisi seperti itu adalah berlomba-lomba dalam beramal
saleh dan kebaikan. Dengan cara mengingatkan masyarakat akan pentingnya mencegah
terjadinya kerusakan-kerusakan dalam kehidupan, yaitu dengan tidak melakukan
tindakan-tindakan anarkis yang dapat menghilangkan nyawa. Langkah ini penting
untuk kita tindaklanjuti sebagai upaya antisipasi agar kondisi yang semakin
carut-marut itu tidak menjadi lebih parah, apalagi sampai menjadi fitnah agama
yang sangat membahayakan.
Bertindak secara bijaksana dan memperbanyak amal saleh sebagai salah satu
antisipasi yang dapat dilakukan dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing.
Yang terpenting adalah, adanya wujud kesadaran dan kepedulian yang setara antar
sesama muslim sehingga tidak terjadi ketimpangan dan keganjalan.

bahwa berbuat kebaikan dan melakukan amal saleh dapat dilakukan dengan berbagai
media dan kesempatan menurut kemampuan masing-masing. Jika kita hanya mampu
menyumbangkan pikiran, maka kemampuan ini harus dapat dioptimalkan untuk
kebaikan dan amal saleh, dengan cara memberikan solusi terbaik atas setiap
permasalahan yang dapat merusak keharmonisan antar kita. Jika kita mampu denga
harta, maka marilah kita “belanjakan” untuk segala hal-hal yang menyangkut
kebaikan, minimal mampu membantu saudara-saudara kita yang lemah dan mudah
‘goyah’ imannya. Yang penting, kita dapat berbuat baik dan bermanfaat bagi agama
kita, dan amal baik itu akan dapat kita petik hasilnya kelak di akhirat.
Dengan berlomba-lomba melakukan amal saleh berarti kita telah ikut mencegah
fitnah besar yang merongrongi umat Islam, bahkan mengancam akidah mereka. Dan
ini merupakan gaung yang memiliki andil yang sangat besar dalam kehidupan dan
kebahagian umat Islam .

MENYANTUNI KAUM DHUAFA

Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang
bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa
Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni
bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada
Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita
berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya
infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal
saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal
positif lainnya akan terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi,
sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala
buruk dari orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah
memberi kepada orang miskin itu gunakan.


Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari
api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan hartanya untuk
berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu membantu kaum dufa itu,
bukan saja yang berarti duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti
asuahan, membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai
pendidikannya sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang
perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27.
Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1).Memuliakannya (2).
Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada), sampai
anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4).

Pencerminan terhadap Surah Al Isra ayat 26-27 dan Al Baqarah Ayat 177 dapat
melahirkan perilaku,antara lain sebagai berikut.
1. Bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi keluarga.
2. Suka menabung dan tidak pernah berlaku boros meskipun memiliki banyak harta.
3. Menjauhi segala macam kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu percuma.
4. Suka bersedekah, khusunya terhadap orang yang kekurangan dimulai dari
keluarga dan tetangga terdekat.
5. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.



Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”.( Q.S. 2:267)
Allah SWT memerintahkan umat Islam yang beriman agar memberikan infak atau
nafkah sebagai hak bagi keluarga-keluarga yang dekat. Kemudian diberikan kepada
orang-orang yang kekurangan atau orang-orang miskin, perlu juga diberikan kepada
orang-orang yang dalam perjalanan atau ibnu sabil,
Harta yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima hendaklah harta
yang baik-baik dan masih disukai, dan jangan memberikan harta atau sesuatu yang
kita sendiri sudah tidak menyukainya. Dalam memberikan bantuan kepada fakir
mikin sesungguhnya yang dibutuhkan tidak sekedar materi saja, tetapi juga
perhatian dan hubungan persaudaraan sesama muslim.


oleh:
Lita Damayanti XI IPA 7

1 komentar:

  1. Fajar Ridalta Putra XI IPA 5 (07)

    Soal umat Islam yang berubah ideologi agamanya rasanya sangat terasa saat ini. Selain itu yang membuat saya heran meskipun Rasulullah sudah mengingatkan masyarakat akan pentingnya mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dalam kehidupan tetapi banyak umat Islam yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Islam dalam tindakan anarkis yang mereka lakukan.

    BalasHapus