Jumat, 24 September 2010

Lintangkerty S XI IPA2


Berlomba-lomba Berbuat Kebaikan
                                                                (Lintangkerty S XI IPA2)
Allah SWT menegaskan dalam firmanNya bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Namun, kemuliaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya. Kalau manusia dianggap mulia dengan sebab badannya yang besar, tentu akan lebih mulia binatang ternak seperti sapi, kerbau, unta, gajah dan sebagainya yang memiliki berat badan jauh lebih berat. Maka, bila manusia hanya mengandalkan kehebatan dan keagungan dirinya pada berat badan, maka dia bisa lebih rendah kedudukannya daripada binatang ternak yang kemuliaannya terletak pada berat badannya.

Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal shaleh atau kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku, di manapun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya, semakin banyak perbuatan baik yang dilakukannya, maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT. Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah:


"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2: 148).

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan fastabiqul khairat (bersegeralah dalam berbuat baik). Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya.

Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat.. Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala mala perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Menyantuni Kaum Duafa
Manusia diciptakan dalam dunia ini dengan kondisi sosial yang berbeda-beda, ada yang kaya, sedang, dan ada yang kekurangan. Adanya orang kaya karena adanya orang yang miskin. Oleh karena itu kita sebagai makhluk sosial diharapkan saling membantu. Allah berfirman:
17_26.png17_27.png
Artinya: (26) “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya: kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menhamburkan (hartamu) secara boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS Al Isra: 26-27)
Allah SWT memerintahkan umat Islam yang beriman agar memberikan infak atau nafkah sebagai hak bagi keluarga-keluarga yang dekat. Kemudian diberikan kepada orang-orang yang kekurangan atau orang-orang miskin, perlu juga diberikan kepada orang-orang yang dalam perjalanan atau ibnu sabil.
Menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa. Kaum duafa ialah orang yang lemah (dari bahasa Arab: duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa. Orang-orang yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang cacat termasuk kaum duafa. Mereka harus disantuni sebagai kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Harta yang diberikan hendaklah harta yang baik-baik dan masih disukai, dan jangan memberikan harta atau sesuatu yang kita sendiri sudah tidak menyukainya. Dalam memberikan bantuan kepada fakir miskin sesungguhnya yang dibutuhkan tidak sekedar materi saja, tetapi juga perhatian dan hubungan persaudaraan sesama muslim.
Islam juga memerintahkan untuk memeliharanya anak yatim dengan memuliakannya, tidak boleh berlaku sewenang-wenang, menjaga hartanya (kalau ada), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya. Menurut para ulama, menyantuni mereka akan menyelamatkan kita dari api neraka. Maka hendaklah kita tidak segan untuk menggunakan harta kita dalam menyantuni mereka.

1 komentar:

  1. Menurut saya artikel ini sangat bagus dan menarik. Isinya singkat jelas dan padat. kata-katanya juga bagus. Pembahasan dan penjabarannya cukup dimengerti. Saran saya, coba saja artikel ini dicantumkan beberap ayat suci Al Qur'an pasti akan menambah daya tarik artikel ini. Terimakasih.

    BalasHapus